Mentan: Gabah Petani Dibeli Mahal Oke, tapi Jangan Jual Mahal!
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan tak keberatan bila ada perusahaan yang membeli gabah dari petani dengan nilai tinggi atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
Namun, diharapkan pengusaha besar tidak kemudian mencari keuntungan yang juga jauh lebih besar dan membebankan masyarakat selaku konsumen.
"Saya senang (gabah petani, red) dibeli tinggi, tapi jangan jual mahal. Beli mahal, alhamdulillah. Tapi, jangan tinggi (keuntungannya, red) 200 persen," ujarnya di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Selasa (25/7).
Sebab hal ini bisa mewujudkan disparitas harga yang tinggi serta berdampak buruk bagi pengusaha lain dan masyarakat, termasuk petani selaku produsen.
Lulusan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini, kemudian mencontohkan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Misalnya, ada perusahaan yang membeli gabah petani dengan harga relatif sama.
Lalu, diproses menjadi beras medium dan dijual harga normal rerata Rp 10.519/kg. Sehingga, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen cuma Rp 3.219/kg (44 persen).
Tapi, PT Indo Beras Unggul (IBU), sesuai temuan di beberapa lokasi, menjual produknya berupa beras premium mencapai Rp 23-26 ribu per kg, meski harga beli gabah petani angkanya seperti perusahaan lain. Artinya, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen menembus 300 persen.
Harga jual produk PT IBU itu, seperti Cap Ayam Jago jenis pulen wangi super dan pulen wangi di Giant Cilandak, Jakarta Selatan masing-masing Rp 25.380/kg dan Rp 21.678/kg. Lalu, sebuah supermarket di Kemayoran, Jakarta Pusat Rp 23.180/kg dan di Malang Town Square, Cap Ayam Jago beras pulen wangi super Rp 26.305/kg.