Menteri Siti: Tingkatkan SDM Pengendali Karhutla Menuju Solusi Permanen
Antar RI ke Arena Global
Menteri Siti juga mengungkapkan jika paska kebakaran hutan dan lahan tahun 2015, Pemerintah RI mengubah paradigm kebijakan, program dan strategi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dengan mengutamakan pencegahan.
Pendekatan teknis yang disertai peningkatan sosial ekonomi telah berdampak nyata terhadap penurunan titik panas (hot spot) yang kita rasakan selama tahun 2016, 2017, 2018 hingga 2020. Termasuk penurunan luas areal kebakaran hutan dan lahan.
Hal ini terbukti dari hasil monitoring dan evaluasi kejadian kebakaran lahan dan hutan menunjukkan penurunan baik jumlah maupun intensitasnya.
“Berdasarkan data luas areal terbakar akibat kebakaran hutan dan lahan telah menurun tajam di tahun 2020, yaitu 82%, kemudian emisi karbon karhutla pada tahun 2019 itu jumlahnya 456 juta ton CO2, dan pada tahun 2020, turun menjadi 31 juta ton CO2, atau turun sebesar 93%, tahun 2021 seharusnya lebih kecil lagi, karena menurut badan meteorologi dunia juga NASA tahun 2020 itu lebih panas dari tahun 2021,” ungkap Siti Nurbaya.
Keberhasilan dalam menanggulangi karhutla mengantarkan Indonesia ke arena global dengan agenda Forestry and Land Use (FOLU) Net Sink 2030, artinya Indonesia harus makin baik. Pada tahun 2030 akan menjadi puncak bahwa Indonesia telah memberikan kontribusi terbaik kepada masyarakat global dalam upaya penanggulangan karhutla untuk mengendalikan perubahan iklim.
Keberhasilan ini akan dibawa oleh Bapak Presiden pada COP-26 di Glasgow Inggris bulan Oktober 2021.
”Terima kasih kepada semua pihak yaitu Pimpinan dan Jajaran TNI, POLRI, BNPB, dan seluruh instansi pusat/nasional, serta para Gubernur dan Bupati/Walikota yang sudah mengantarkan Indonesia pada taraf dunia global dengan citra yang baik melalui agenda FOLU Net Sink 2030 yang bobot terbesarnya ada pada pengendalian karhutla dan deforestasi Indonesia,” tutur Menteri Siti.