Menurut Anda, Sudah Siapkah Indonesia Melakukan Redenominasi?
Pada 1998 negara pecahan Uni Soviet tersebut melakukan redenominasi dengan memangkas tiga angka 0 sehingga 1.000 rubel sama dengan 1 new rubel.
Rusia menjalankan redenominasi dalam empat tahun. Salah satu penyebab kegagalan Rusia adalah ketidakmampuan pemerintah maupun bank sentralnya untuk meyakinkan masyarakat bahwa redenominasi tidak akan mendorong inflasi.
Sebab, rumor di masyarakat sudah telanjur menyebar. Banyak yang menganggap redenominasi merupakan cara pemerintah membodohi rakyat.
Bahkan, rumor lain menyebutkan, redenominasi merupakan cara pemerintah merampok uang rakyat karena uang 1.000 rubel hanya diganti 1 new rubel. Lemahnya mekanisme kontrol atau pengawasan harga juga menjadi pelengkap kegagalan di Rusia. Akibatnya, harga barang melesat dan inflasi pun melonjak.
Sebelum redenominasi, inflasi di Rusia sudah cukup tinggi di kisaran 14,6 persen. Pada periode transisi redenominasi, inflasi naik hampir lipat dua menjadi 27,6 persen. Lalu, setelah redenominasi berlaku penuh, inflasi makin tidak terkendali hingga mencapai 85,7 persen.
Sementara itu, kalangan perbankan mendukung penuh jika pemerintah ingin mewujudkan rencana redenominasi.
’’India kan sudah (melakukan redenominasi, Red) dan perubahannya cukup signifikan,’’ ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmojo.
Dia menilai proses redenominasi tidak boleh dilakukan terburu-buru. Sebab, masyarakat perlu menerima sosialisasi yang baik dan harus benar-benar paham tentang redenominasi. Selain itu, perbankan harus beradaptasi karena redenominasi juga akan mengubah proses transaksi. (rin/c7/oki)