Menyadap untuk Kepentingan Amerika
jpnn.com - HUBUNGAN Pemerintah RI dengan Australia memanas. Gara-garanya, terbongkar ulah badan intelijen Australia, Defence Signals Directorate (DSD), yang menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Ani Yudyonono, dan beberapa petinggi lain termasuk menteri BUMN era 2007-2009, Sofyan Djalil .
Apa sebenarnya kepentingan Australia? Bagaimana hubungan Australia dengan RI selama ini? Berikut wawancara wartawan JPNN Soetomo Samsu, dengan pengamat militer yang juga mantan Duta Besar RI untuk Republik Ceko, Prof.Dr.Salim Said, MA, MAIA, di Jakarta, kemarin (19/11).
Bagaimana Anda melihat kasus penyadapan oleh Australia ini?
Australia itu tak pernah percaya 100 persen kepada kita. Itu dari dulu. Hubungan Indonesia dengan Australia selalu naik turun. Meski mereka bilang Indonesia merupakan negara partner, tapi tak pernah percaya 100 persen ke kita. Jadi saya tak terkejut atas penyadapan ini.
Apa kiranya kepentingan Australia hingga menyadap begitu banyak petinggi RI?
Saya curiga, ini bagian dari penyadapan global yang dilakukan Amerika. Australia itu bekerja untuk Amerika. Amerika ingin tahu banyak tentang Indonesia dan Australia punya alat sadap yang canggih untuk meng-cover Indonesia. Ingat, Australia itu pembantu Amerika untuk wilayah Asia Tenggara. Amerika senang atas kesediaan Australia menjadi pembantunya.
Jadi tak hanya Indonesia yang disadap Australia?
Sadap menyadap itu biasa dilakukan, tapi saya tak bilang itu legal atau bagus. Amerika juga menyadap telepon PM Jerman. Itu ribut kalau ketahuan. Wajar pemerintah Indonesia marah karena itu tidak benar secara etika. Bilangnya berteman kok menyadap.