Menyaksikan Serunya Perayaan 125 Tahun Orang Jawa di Suriname (1)
Mulai Joged Sikep sampai Door Prize Nasi RamesKarena itu, begitu sampai di bandara di Distrik Para tersebut, saya langsung bersyukur bisa menginjakkan kaki di Suriname untuk kali kedua. Sembilan tahun silam, saya juga melakukan tugas jurnalistik, meliput suasana Ramadan dan Lebaran masyarakat di negeri ’’cuwilan Jawa ing pojok donya (cuilan Jawa di pojok dunia)’’ itu.
Di bandara, saya sudah ditunggu dua rombongan. Yang pertama Third Secretary Kedubes RI di Paramaribo Bibid Kuslandinu dan staf serta keluarga Captain Does yang diwakili Argyll Legiran (anak), Roosmi Tambeng (istri), serta tiga cucunya. Kami pun berpelukan lama sambil meneteskan air mata untuk melepaskan rasa kangen setelah sekian tahun berpisah.
’’Wilujeng to Pak Arief. Aku wis kangen tenan karo kowe (Selamat Pak Arief. Saya sudah sangat kangen dengan Anda),’’ ungkap Argyll, anak ketiga Captain Does yang beristri orang Nglipar, Gunungkidul, Jogjakarta.
Tanpa menunggu lama, begitu urusan keimigrasian beres, saya terus melanjutkan perjalanan ke Distrik Wanica. Saya langsung njujug rumah Captain Does di Desa Purwodadi, Lelydorp. Sedangkan Bibid dan staf menuju ke Paramaribo, ibu kota Suriname.
***
Tampaknya, peringatan 125 tahun orang Jawa bermigrasi ke Suriname dirayakan ’’cukup besar’’ oleh masyarakat keturunan Jawa di negara tersebut. Malam itu saja, ada tiga undangan acara. Yang pertama, pembukaan pameran lukisan 13 seniman keturunan Jawa paling kondang di Suriname. Acara bertempat di Gedung De Hal, Paramaribo, mulai pukul 18.30.
Kemudian, pukul 19.30, giliran Pop Song Jawa Open Festival di Gedung Indra Maju (baca: Indra Mayu), sekitar 15 menit dari De Hal. Malam itu, tampil 23 peserta yang memperebutkan 10 tempat di babak final. Peserta bukan hanya keturunan Jawa. Tetapi, ada pula ’’wong ireng’’ dari suku Creol, penduduk asli Suriname, yang berpartisipasi. Lomba yang dipadati penonton dan dihadiri Duta Besar RI untuk Suriname Dominicus Supratikto tersebut berakhir sekitar pukul 22.30.
Puncaknya, pada tengah malam di tempat yang sama, acara yang ditunggu-tunggu anak-anak muda keturunan Jawa di Paramaribo dimulai: Jawa Night. Yakni, acara kelon ngadeg alias dansa-dansi khas Suriname. Maka, begitu musik terdengar berdentuman, floor hall Indra Maju yang luasnya dua kali lapangan futsal itu pun bagaikan kolam ikan. Puluhan anak muda berpasang-pasangan tumplek bleg turun melantai.