Merasakan Hidup Sebagai Pengungsi di Kamp Simulasi Sydney
Sebanyak 15 pemandu dari tujuh negara yang berbeda termasuk Irak, Iran, Afghanistan, Libya, Sudan Selatan, Sierra Leone dan Fiji mengarahkan para peserta di kamp simulasi, berbagi cerita pribadi tentang pengalaman mereka sendiri sebagai seorang pengungsi.
Setelah kelompok ini sampai di kontrol perbatasan, kami diberi dua puluh menit untuk mencari makanan, tempat berlindung dan air bersih. Kami mendaftar di sebuah pos PBB jadi-jadian, di mana kami diberitahu bahwa kami perlu membuat tas kecil dari koran untuk ditukar dengan jatah makanan kami.
Di tenda terpisah, kami mencoba untuk membuat tas kertas ini ketika seorang perempuan dari Afrika barat mendesak kami untuk duduk di lantai dan mulai mengelap papan tulis kecil kotor hingga bersih dengan tangan kosong.
Ini semua diinstruksikan dengan menggunakan tangan dan bahasa tubuhnya sendiri, karena kami tak bisa memahami kata-kata yang ia sampaikan pada kami.
Pengalaman ini membingungkan dan sedikit canggung, sampai ia menjelaskan dalam bahasa Inggris bahwa ini adalah apa yang harus dilalui anak-anak Afrika barat setiap harinya di kamp-kamp. Tak ada sekolah formal. Tak ada buku latihan. Tak ada pena untuk menulis.
Mainan yang diberikan untuk bermain adalah buatan tangan dari kertas memo apapun yang bisa ditemukan.
Ini adalah pengalaman yang menyejukkan bagi kami para peserta.