Merasakan Jadi Milanisti di Markas AC Milan, Italia
Kamis, 13 November 2008 – 11:08 WIB
Untuk menuju museum, kami masuk melalui ingresso (pintu) 14 di sisi timur stadion. Kami harus menunggu setengah jam sebelum diajak berkeliling oleh Sally. Dia tidak mau turnya mengganggu kerja temannya yang memandu rombongan pengunjung lain.
’’Pokoknya, kalau tidak ada pertandingan, pengunjung hilir mudik. Saya tidak bisa menghitung jumlah mereka. Tapi, selalu ada,’’ tutur lajang berusia 21 tahun itu.
Dia sempat tidak mengerti di mana letak Indonesia, apalagi Kota Surabaya dengan klub Persebaya-nya, tempat asal sembilan ’’bonek’’ –kependekan bondo nekat (modal nekat) itu. Tapi, begitu kami menyebut posisi Jawa Timur bertetangga dengan Bali, dia langsung terbelalak, ’’Bali? Oh, I see.’’
Sally mengaku belum pernah ke Pulau Dewata tersebut. Tapi, dia mengenal Bali karena keindahannya. Juga karena bom Amrozi cs. ’’Saya pernah melihat di TV,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.
Untuk mengikuti tur itu, setiap pengunjung harus membeli tiket seharga 12,5 euro atau sekitar Rp 175 ribu (dengan kurs 1 euro = Rp 14.000, Red). Pengunjung dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, maksimal 15–20 orang.
Kalau rombongan berjumlah lebih banyak, Sally khawatir tidak bisa memandu dengan baik. Sebab, dia juga harus mengawasi pengunjung agar tidak iseng atau usil yang berakibat bisa merusak fasilitas stadion. ’’Di sini saya yang bertanggung jawab. Anda ikuti saya saja,’’ ujar gadis berwajah manis itu.