Merdeka Rp 6,7 Triliun di Usia 155 Tahun
jpnn.com - MERDEKA! Makna kata itu menjadi sangat mendalam, khususnya bagi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Tahun ini BUMN itu benar-benar merdeka. Terutama merdeka dari beban lamanya yang membuat perusahaan asuransi tersebut praktis bangkrut: Rp 6,7 triliun.
Dengan kemerdekaannya itu, Jiwasraya tahun ini sudah kembali menjadi perusahaan asuransi yang besar, sehat, dan kuat. Menjadi perusahaan asuransi jiwa terbesar di Indonesia atau nomor empat terbesar untuk keseluruhan bisnis asuransi.
Angka Rp 6,7 triliun itu tentu mengingatkan kita pada besarnya persoalan yang menimpa Bank Century. Yang penyelesaiannya begitu menghebohkan. Yang kasusnya melebar sampai persoalan hukum dan politik. Yang memakan energi begitu besar. Yang ujungnya pun kita belum tahu di mana dan ke mana.
Saya bersyukur bahwa direksi PT Asuransi Jiwasraya mampu menyelesaikan sendiri beban itu. Bahkan dalam waktu yang amat singkat. Tanpa heboh-heboh sedikit pun. Itulah bentuk penyelesaian masalah besar dengan pemberitaan yang sangat kecil. Bahkan tanpa pemberitaan media sama sekali.
"Semula, saya pikir persoalan besar ini baru bisa diselesaikan dalam waktu 17 tahun," ujar Hendrisman Rahim, direktur utama PT Jiwasraya. "Ternyata kami bisa menyelesaikannya," ujar alumnus Jurusan Matematika FMIPA Universitas Indonesia yang meraih master di bidang asuransi dari Ball State University Indiana, AS, itu.
Putra asli Palembang kelahiran 1955 tersebut bekerja amat keras. Hendrisman memang orang "asuransi murni". Setelah lulus dari UI, dia mendalami ilmu aktuaria di ITB. Masternya pun di bidang actuarial science.
Tim direksi Jiwasraya juga sangat tabah. Direktur keuangannya, Hary Prasetyo, sangat muda, cerdas, dan cermat. Alumnus Oregon dan Pittsburgh University kelahiran Cimahi tahun 1970 itu seorang pekerja yang tekun. Karirnya terus di bidang keuangan.
Lima tahun lalu Jiwasraya sebenarnya sudah harus dinyatakan bangkrut. Kekayaannya jauh lebih kecil daripada kewajibannya kepada para pemegang polis. Selisihnya mencapai Rp 6,7 triliun. Jiwasraya sangat menderita. Bahkan secara teknis mestinya sudah bangkrut.