Minggu Palma, Gembira sekaligus Sengsara
jpnn.com, KUPANG - Sebagian umat Katolik mengikuti misa Minggu Palma di Gereja Santo Gregorius Agung Oeleta, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Romo Eman Kase usai memimpin misa Minggu Palma, hari ini (28/3), mengatakan bahwa peringatan masuknya Yesus ke Kota Yerusalem 2.000 tahun silam tidak hanya dikenang sebagai peristiwa yang menggembirakan bagi umat Katolik, tetapi juga sebagai masa-masa Yesus akan disiksa.
"Sehingga minggu Palma ini juga disebut sebagai Minggu gembira dan juga Minggu sengsara di mana Yesus akan memasuki saat-saat disiksa," katanya.
Dalam tradisi umat Katolik, sebelum memasuki liturgi ekaristi umat Katolik akan berdiri di depan gereja sambil membawa daun Palma dan diberkati oleh pastor yang memimpin Misa Minggu Palma.
Pemberkatan akan disusul dengan prosesi daun Palma dan dilanjutkan dengan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus.
Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam Liturgi Minggu Palma ditujukan agar umat mengerti bahwa kemuliaan Yesus tidak hanya terletak pada saat ia memasuki Kota Yerusalem tetapi juga pada peristiwa Kematian-Nya di kayu salib.
Romo Eman Kase mengajak umat Katolik memaknai Minggu Palma sebagai momen refleksi diri untuk menyambut kebangkitan Yesus pada hari Paskah.
"Kalau dikaitkan dengan kondisi pandemi saat ini, menurut saya pandemi ini bukan membuat kita untuk berhenti beraktivitas atau bahkan menjauhkan diri dari Tuhan," katanya.