Miris! Hanya Terdengar Teriakan, Orangnya tak Ada, Tujuh Tewas
Saksi mata, Adi mengatakan, hujan deras memang mengguyur dusun itu sepanjang Kamis malam, hingga Jumat pagi. “Apalagi tanah merah di area pegunungan ini mudah longsor,” tuturnya.
Saat longsor, akunya, terjadi gemuruh. Material longsor menutupi sejumlah rumah dan badan jalan trans Sulawesi. Arus lalu lintas Tarengge ke Malili pun terhambat.
Danki Brimob Baebunta, AKP Muh Amin mengatakan, longsor susulan masih terjadi hingga siang hari kemarin. “Material longsor merupakan lumpur basah. Makanya kita takut mendekat,” ucap Amin.
Anggota DPRD Luwu Timur, Najamuddin Madjid yang berkunjung ke lokasi menuturkan, daerah yang longsor itu memang banyak dihuni warga. Padahal konturnya cukup miring.
Wilayah tersebut tidak masuk kawasan hutan lindung. Tetapi warga memang sejak beberapa tahun terakhir telah dilarang bermukim di daerah ini lantaran memiliki kemiringan. Namun larangan tak digubris.
Selan itu, sebagian hutan di Luwu Timur memang sudah lama rusak. Kondisi ini membuat bencana longsor dan banjir sering menghampiri.
Warga merambah hutan untuk menanam merica, kakao, dan kelapa sawit. Termasuk di daerah yang longsor ini.
Menurut Najamuddin, hutan di Luwu Timur banyak dirusak dengan dibakar saat musim kemarau dan ditanami sejumlah komoditas. Dominan merica.