Mitos Jawa, Prabowo = Satrio Wirang?
jpnn.com - JAKARTA - Pemilihan Presiden (pilpres) 9 Juli mendatang tidak luput dari pengamatan filsafat Jawa. Ahli filsafat Jawa asal STAIN Salatiga, Jawa Tengah, Benny Ridwan menilai, kondisi saat ini mirip dengan ramalan Jayabaya ratusan ribu tahun yang lalu.
"Kondisi politik Indonesia menjelang pilpres ini seperti menanti sosok Satrio Wirang. Dalam mitologi Jawa kuno dikenal tokoh Satrio Wirang. Satrio Wirang ini merupakan sosok satria pemberani, tegas, memiliki prinsip kuat dan sangat cinta pada negaranya," kata Benny Ridwan, Rabu (28/5).
"Namun sering dipersalahkan dan selalu menjadi korban fitnah yang keji. Selalu berbuat baik tetapi tetap saja dituduh bersalah walau kesalahan tersebut bukan dia yang berbuat," imbuhnya.
Dijelaskan Benny, Satrio Wirang ini memang tidak sepopuler tokoh Satrio Piningit. Karena dalam kehidupannya selalu difitnah.
Namun, dia tetap bekerja keras mengabaikan fitnah yang menimpa dirinya. Hati dan kehidupannya sudah terbiasa dengan fitnah dan cemooh.
"Satrio Wirang ini sebenarnya memiliki watak yang keras dan mudah tersinggung tapi cepat melupakan dan memaafkan kesalahan orang lain pada dirinya. Pada akhirnya, Satrio Wirang ini mampu memimpin negara berkat kemampuannya memahami keadaan dan mengarahkan nasibnya untuk sesuatu yang positif bagi negaranya," ujarnya.
Ketika ditanya apakah tokoh Satrio Wirang tersebut dapat merujuk pada sosok Prabowo sebagai calon presiden? Benny enggan berspekulasi.
"Saya tidak ingin berspekulasi karena ini soal kepercayaan yang erat dengan mitos. Tapi kalau merujuk pada sifat dan karakternya memang lebih dekat dengan sosok Prabowo," kata Benny.
"Bahkan dalam sejumlah keyakinan, Satrio Wirang itu, ya, Satrio Piningit, yaitu satrio yang dipermalukan karena fitnah. Dia tersimpan dalam sejarah nusantara dan akan muncul kembali bila waktunya sudah tiba. Dia merupakan satrio pinilih, satria yang dipilih oleh kehendak sejarah dan direstui oleh para leluhur nusantara," tutupnya.(fas/jpnn)