Modal Sejuta, Mesin Hemat BBM Karya Siswa SMK Tercipta
Setelah menunjukkan mesin pompa, giliran sepeda motor empat tak yang dipamerkan. Kadispendik Fathor Rakhman langsung mencoba kendaraan itu. Meski bentuknya terlihat sedikit ganjil karena tabung gas elpiji diletakkan di depan pengemudi, motor tersebut berjalan lancar. Tidak ada perbedaan yang ditunjukkan kendaraan itu meski berbahan bakar gas.
Sembari mendampingi pengujian sepeda motor berbahan bakar gas tersebut, Kepala SMKN 1 Kendit Asim menyatakan, kendaraan itu dapat mengirit biaya pengeluaran sampai 80 persen. Perbandingannya, kebutuhan bensin pergi pulang (pp) Surabaya–Situbondo sekitar 8 liter. Maka, dengan BBG, pengendara hanya membutuhkan satu tabung gas elpiji dengan berat 3 kilogram.
Perbandingan itu, kata Asim, tentu menjadi pertimbangan untuk menyikapi harga BBM yang cukup tinggi seperti saat ini.
"Sepeda ini dapat menempuh kecepatan sampai 100 kilometer per jam. Tidak kalah dengan yang menggunakan bahan bakar minyak,’’ ujarnya.
Asim menambahkan, untuk penelitian tersebut, tim konversi SMKN 1 Kendit hanya berbekal modal Rp 1 juta. Hasil dari mesin yang menggunakan teknologi itu juga telah dirasakan petani dan warga sekitar. Hanya dengan biaya Rp 200 ribu, para warga sudah dapat menggunakan teknologi berbahan bakar gas untuk mesin pompa air dan selipnya.
Meski teknologi konversi ke gas bukan barang baru, Asim berani menjamin teknologi yang dihasilkan timnya jauh lebih unggul. Selain dari tingkat keiritan, tingkat performa menjadi perbandingan. Ketika ditanya soal kunci teknologi itu, Asim menjawab bahwa keistimewaannya terdapat pada regulator dan karburator yang menjadi penyambung gas dengan mesin.
Teknologi itulah yang membedakan teknologi konversi gas lain dengan temuan timnya.
"Banyak warga di sini yang terkadang meminta tim kami, entah siswa atau guru, untuk melihat mesin pompa air mereka yang rusak. Tapi, yang rusak itu, bukan kami yang memasang. Setelah melihat perbedaannya, mereka memasang teknologi kami," jelas Asim.