Mufti Anam Minta Erick Thohir Kaji Ulang Rencana Menjadikan INKA Anak Usaha PT KAI
Politikus muda itu mencontohkan bagaimana INKA sukses mendapatkan proyek perkeretaapian dan intermodal terintegrasi di Kongo yang bernilai ratusan triliun rupiah.
Dalam proyek ini, INKA menggandeng BUMN lain seperti PT Barata Indonesia, PT LEN, PT Dirgantara Indonesia.
”Itu menjadi ajang unjuk gigi BUMN manufaktur untuk membangun infrastruktur terkait keseluruhan sistem perkeretaapian di Kongo. Bukan hanya sarananya, tetapi juga infrastrukturnya,” ujarnya.
Keberhasilan memasuki pasar Benua Afrika tersebut, lanjut Mufti, menunjukkan cukup kuatnya daya saing INKA.
Sebelumnya, INKA sukses memenangkan tender kereta api di Malaysia, Thailand, Singapura, Bangladesh, Filipina, dan sebagainya.
BUMN manufaktur kereta api itu masih yang terbaik dan terbesar di Asia Tenggara, serta menempati urutan 22 di dunia.
”Saya yakin ke depan ini akan terus meningkat. Apalagi, INKA sedang menjalin kemitraan global dengan Stadler Swiss yang merupakan produsen nomor 4 terbesar dunia. INKA punya prospek menjadi global player yang berperan signifikan dalam supply chain industri perkeretaapian global. Jadi mestinya benar-benar ada kajian yang serius tentang rencana menjadikan INKA sebagai anak usaha KAI,” ujarnya.
Mufti menyarankan kajian itu bukan hanya menitikberatkan pada kepentingan KAI sebagai entitas bisnis jasa transportasi yang sebenarnya punya model bisnis relatif mudah dengan margin yang besar dalam situasi normal.