Muhibah Budaya Jalur Rempah Kupang dan Wangi Abadi Kayu Cendana
jpnn.com, KUPANG - Sebanyak 40 orang pemuda-pemudi Indonesia dari 34 provinsi sebagai Laskar Rempah melakukan berbagai aktivitas budaya di Kota Kupang.
Nusa Tenggara Timur menjadi singgahan keenam dari Muhibah Budaya Jalur Rempah yang menggunakan KRI Dewaruci.
Rangkaian kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah sebelumnya berada di Banda Neira yang ditutup dengan pelepasan KRI Dewaruci oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid.
“Indonesia adalah pemegang sah jalur rempah. Jejak rempah Indonesia telah menjadi ikon budaya yang mendunia dan menjadi jalur diplomasi internasional bidang kebudayaan. Muhibah Budaya Jalur Rempah bagian untuk mengumandangkan kejayaan nusantara dalam jalur rempah, melahirkan generasi muda yang membawa semangat rempah yang baru, semangat Indonesia yang berdikari, berinovasi, dan terus berikhtiar mewujudkan kemakmuran bagi Indonesia agar dapat mampu mewarnai peradaban dunia,” kata Direktur Perlindungan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti.
Program Muhibah Budaya Jalur Rempah ingin menumbuhkan kebanggaan masyarakat di berbagai daerah sekaligus memperkuat jejaring interaksi budaya antardaerah, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Budaya dan Cagar Budaya Nasional.
“Jalur Rempah dilihat sebagai koridor untuk menghidupkan kembali, bahkan menggiatkan, interaksi antarbudaya, tidak hanya lintasan perdagangan komoditas. Sebagai pengembangan diplomasi budaya Indonesia secara sistematis dan massif dengan keharusan bersinergi lintas kementerian, lembaga, dan daerah,” tambah Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin.
Dari mulai kegiatan menanam cendana, sebagai salah satu penanda dukungan secara nyata pemuda-pemudi generasi masa sekarang dalam usaha membangkitkan kembali tanaman cendana agar kembali mewangi.
Berbagai forum bertukar pikiran, dan berbagi pengalaman dalam menghadapi perkembangan dunia global, termasuk isu perubahan alam juga mereka lakukan bersama stakeholder di Kupang. Forum itu penting untuk mendapatkan berbagai insight baru dalam usaha melestarikan budidaya cendana.