Mulai 12 Desember, Garuda Indonesia Terbang ke Mumbai
Lantas apa saja hasil kesepakatan air conectivity untuk tahun 2017 mendatang? VJ memaparkan, apa yang diputuskan adalah yang pertama optimalisasi Slot-time agar terus digenjot dan masih memungkinkan, terutama pada periode di luar peak periode. Beberapa Bandara yang belum beroperasi 24 jam, bahkan dapat mengusulkan penambahan waktu operasi pada pihak terkait seperti Markas Besar Angkatan Udara TNI dan lain sebagainya.
Yang kedua, masih kata VJ, yakni kemudahan izin rute baru dan ketersediaan traffic rights di mana program Kemenpar terkait pemberian insentif sangat didukung oleh semua airline. Hal tersebut diyakini akan mampu memotivasi airline untuk membuka rute, menambah seat ataupun frekuensi penerbangan dalam upaya meningkatkan inbound tourist ke Indonesia.
”Pihak Kemenhub setuju untuk membahas secara internal terkait penyederhanaan regulasi izin khususnya rute yang belum masuk dalam daftar Surat Ijin Usaha Angkatan Udara. Ini harus dibahas lebih lanjut agar tidak ada kesalahan adminitrasi, hal ini sangat positif dan banyak mendapatkan dukungan dengan program pemberian insentif, selama itu baik untuk pariwisata Indonesia, kita patut memperjuangkannya,” katanya.
Dan kesimpulan rapat komisi III yang terakhir adalah kaitannya dengan operasionalisasi Joint-Promotion dan Extra Marketing Support. Untuk hal ini, imbuh VJ, akan dibentuk Tim Kerja 3A yakni airlines, airports and air navigation authorities yang akan melakukan focus group discussion bulanan mencari solusi terkait dengan mekanisme opearsional pelaksanaan joint promotion dan hardselling.
”Kami yakin jika semua hal yang terkait dengan Connectivity bisa terwujud, maka target Kemenpar yakni Wisman tahun 2017 sebanyak 15 juta dan target tahun 2019 sebanyak 20 juta bisa terwujud dengan baik. Karena memang penerbangan udara adalah pintu masuk yang paling besar yakni 75 persen dari pintu yang lainnya,” kata VJ.(adv/jpnn)