Nah Lho, Amerika Minta Saudi Berhenti Membantai Warga Yaman
jpnn.com - Tidak pernah ada berita baik dari Yaman selama sekitar tiga tahun terakhir. Kehadiran militer Arab Saudi dan koalisinya telah memperparah krisis kemanusiaan di sana.
Di tengah persiapan Saudi untuk menggempur Hodeidah, kota pelabuhan tersibuk di Yaman, Amerika Serikat (AS) menyerukan damai.
Selasa (30/10) Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan James Mattis mengajak semua pihak yang terlibat dalam Perang Yaman berunding. Tujuannya mencanangkan gencatan senjata.
"Kita harus duduk bersama dalam waktu 30 hari," tegas Mattis dalam pidato di US Institute of Peace (USIP) Washington seperti dilansir BBC.
Pemimpin Pentagon itu optimistis negara-negara yang berkonflik di Yaman sepakat dengan AS. Perang harus diakhiri. Menurut Mattis, Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) siap bernegosiasi dengan pemberontak Houthi.
Artinya, negara-negara sekutu Saudi juga tidak akan berkeberatan menghentikan pertempuran. Negara-negara itu Bahrain, Kuwait, Mesir, Jordania, Maroko, Senegal, dan Sudan.
Nanti perundingan damai soal Yaman itu dipimpin PBB. AS, menurut Mattis, hanya akan berfungsi sebagai mediator. Karena itu, semua pihak yang berseteru dijadwalkan bertemu dengan Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman. Perwakilan masing-masing negara akan menemui Griffiths di Swedia pada November ini.
Sebelum AS memublikasikan gagasannya, sebenarnya Saudi siap melanjutkan perang. Pekan lalu Riyadh sudah mengirimkan sekitar 10 ribu personel militer tambahan ke Hodeidah. Saudi ingin merebut kota itu dari tangan pemberontak Houthi. Sedianya, aksi militer besar-besaran dilancarkan dalam waktu dekat.