Nama- nama Caleg dari Eks Birokrat yang Diperkirakan Gagal
”Secara pribadi saya sangat berharap caleg eks birokrat bisa masuk dan duduk di DPRD Kotim. Salah satunya untuk mengoptimalisasi fungsi pengawasan dan penganggaran dilembaga itu,” kata Bambang.
Menurut Bambang, selama ini yang duduk di DPRD sebagian tidak paham dengan tugasnya. Bahkan, bisa dikatakan sumbe daya manusianya masih kalah dengan jajaran eksekutif. Padahal, legislatif berperan mengawasi eksekutif.
”Logikanya saja, kalau di lembaga itu diisi orang yang tidak tahu tugas dan fungsi, apalagi lagi kemampuan SDM-nya di bawah eksekutif, maka fungsi pengawasan tidak bisa dilaksanakan. Artinya, legislatif ilmunya harus di atas eksekutif,” kata Bambang.
Bambang berpandangan, faktor kekalahan jajaran birokrat sangat kompleks. Padahal, secara popularitas birokrat senior yang mencaleg itu sudah dikenal.
”Saya menduga ini karena kekalahan strategi saja. Kalau popularitas, sudah puluhan tahun mereka terekspose ke publik hampir setiap hari. Siapa yang tidak kenal mereka?” katanya.
Selain itu, kata dia, juga kemungkinan akibat terjadinya jual beli suara. Mantan eksekutif tidak terbiasa dengan hal itu. ”Saya menilai jadi caleg ini harus menguasai tiga segmen, popularitas, strategi hingga kekuatan finansial. Apabila salah satunya tidak memenuhi, akan kalah. Jadi, ketiganya itu harus dikuasai dulu kalau mau dapat kursi,” katanya.
Seperti diberitakan, praktik politik uang dalam Pemilu 2019 disebut-sebut marak terjadi. Namun, sebagian justru merugikan sejumlah caleg. Banyak oknum caleg yang tekor karena harus mengeluarkan biaya besar untuk meraup suara. Mereka dikibuli, karena saat pemilihan berlangsung, suara yang diperoleh tak sesuai harapan.
BACA JUGA: Pertama Kali, Gerindra Bakal Meraih Kursi Pimpinan Dewan