Nasib di Tangan Trafo
Senin, 18 Oktober 2010 – 01:10 WIB
Maka, ketika pekan lalu ada laporan bahwa GITET Kembangan meledak, saya langsung memikirkan ujung persoalan ini: sebagian besar Jakarta akan gelap dalam waktu yang lama dan saya harus sudah siap menerima akibat apa pun karenanya. Banyak yang sudah menduga, lamanya dampak meledaknya IBT Kembangan itu akan sampai satu bulan.
Syukurlah, ledakan itu tidak sampai menimbulkan kebakaran seperti di GITET Mandirancan, Cirebon, dua bulan lalu. Bersyukur juga bahwa yang meledak adalah sisi 150 kv-nya. Bukan sisi 500 kv-nya. Kalau yang meledak sisi 500 kv-nya, ampun-ampun akibatnya. Tapi, meski di sisi 150 kv, ledakan tersebut mencemari minyak di dalam trafo yang harus bersih-murni itu. Minyak sebanyak 120 ton tersebut harus dikuras dulu. Penelitian ilmiah harus dilakukan untuk mengetahui berapa lama perbaikan diperlukan. Satu minggu" Satu bulan" Tergantung luas tidaknya dampak ledakan tersebut.
Bahwa akibat ledakan GITET Kembangan tersebut tidak terlalu luas di masyarakat, itu disebabkan seluruh energi dan pemikiran dicurahkan untuk mengatasinya. Manuver-manuver daya dilakukan. Termasuk bisa "ditemukannya" daya tambahan 80 MW dari PLTG Muara Karang. Saya sungguh memuji kecerdikan tim yang mengatasi dampak meledaknya GITET Kembangan itu. Cara lainnya: PLN menemui pemilik-pemilik genset besar. Kami minta pemilik-pemilik genset besar agar mencukupi daya dari gensetnya sendiri. PLN akan memberikan ganti rugi. Selama ini pemilik genset-genset tersebut hanya menjadikannya cadangan karena listrik dari PLN jauh lebih murah.