Nekat Buka, Polisi Tangkap 5 Orang di Lokalisasi
jpnn.com - SURABAYA – Pasca penutupan lokalisasi Dolly, aparat keamanan berupaya memberi shock therapy. Rabu dini hari (25/6) aparat gabungan dari Polrestabes Surabaya dan satpol PP melakukan razia. Hanya, yang dirazia bukan kawasan Dolly. Namun, petugas terlebih dahulu merazia eks lokalisasi Moroseneng yang berada di Sememi, Benowo.
Lima orang ditahan dalam razia tersebut. Dua di antaranya berstatus mucikari sekaligus pemilik wisma. Keduanya adalah Aniek, 48, pemilik Wisma Mentari, dan Sriati, 49, mucikari Wisma Primadona. Tiga nama lain yang diamankan merupakan makelar di Wisma Primadona, yakni Yance, 32; Supadi, 53; dan Sudarji, 59.
”Mereka kami tahan karena menyediakan tempat pencabulan,” kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono kemarin. Kelimanya dijerat pasal 506 dan 296 KUHP.
Awal 2014 lokalisasi Moroseneng memang sudah ditutup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Kendati sudah ditutup, diduga masih ada wisma yang beroperasi dengan menjajakan pekerja seks komersial (PSK). Dugaan tersebut muncul karena dari beberapa kali penyelidikan polisi, di kawasan eks lokalisasi tersebut masih sering dijumpai laki-laki hidung belang yang hilir mudik.
Polisi pun akhirnya melakukan razia. Namun, mereka tidak melangkah sendiri. Polisi menggandeng satpol PP. Korps Bhayangkara merasa razia cukup penting sebagai shock therapy seiring penutupan lokalisasi Dolly. ”Kami merasa perlu melakukan langkah awal sebagai sasaran jika nanti harus melakukan penertiban di Dolly,” ujar Sumaryono.
Karena itu, Polrestabes Surabaya merazia eks lokalisasi Moroseneng. Rabu mulai pukul 00.30, 400 personel gabungan diterjunkan ke kawasan tersebut. Hasilnya, polisi mendapati adanya dua wisma yang masih beroperasi. Di tempat itu, terdapat lima PSK yang sedang menjaring tamu dengan banderol Rp 120 ribu.
Lima PSK tersebut diangkut polisi. Selain itu, dua mucikari plus tiga makelar ditemukan polisi di eks lokalisasi Moroseneng tersebut. Namun, lima PSK dipulangkan dan hanya didata. Tetapi, mucikari dan makelarnya diamankan.
Berdasar hasil pemeriksaan polisi, Aniek dan Sriati tetap nekat menjalankan bisnis esek-esek lantaran tidak memiliki keahlian lain. Hanya, usaha mereka tidak vulgar. Mereka menempatkan PSK di tempat kos yang berada di belakang wisma. PSK baru dipanggil ke wisma saat ada tamu. Hal itu dilakukan agar usaha mereka tidak tercium aparat satpol PP.