Nenek Moyang Bisa Bangun Borobudur, Masak Jembatan Selat Sunda Gak Bisa?
jpnn.com - TANGERANG - Wacana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) mengemuka. Pada seminar yang digelar Tabloid Negarawan yang bekerjasama dengan Institut Lembang Sembilan (IL-9), di aula kampus Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang, Banten, Rabu (11/3), rencana pembangunan JSS dianggap sebagai sebuah kebutuhan yang harus diwujudkan untuk menjadi ikon kemaritiman.
Seminar yang dihadiri ratusan mahasiswa dan kalangan muda tersebut menghadirkan pembicara Anggota Dewan Kelautan Indonesia Profesor Dr Hasyim Jalal, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Banten, Pemimpin Redaksi Tabloid Negarawan Aryo Rama Chandra, Anggota DPRD Banten Ananta Wahana. Seminar dibuka langsung Muhammad Rapsel Ali, Pemimpin Umum Tabloid Negarawan.
Menurut Hasyim Jalal, proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) sudah digagas oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1960. JSS, kata Hasyim, sudah diriset kajian yang sudah matang dan memakan waktu selama dua puluh tahun. Hasyim jug menambahkan Indonesia merupakan negara maritim yang sangat unik.
Yakni memiliki gugusan tujuh belas ribu pulau lebih dan hamparan lautan yang sekitar dua kali lebih luas dari daratan. Berbeda dengan kebanyakan negara yang menyebut kesatuan wilayahnya dengan motherland atau fatherland, Indonesia menggunakan sebutan tanah air sebagai konsep yang melingkupi seluruh bumi Indonesia sebagai suatu kesatuan kedaulatan atas lautan, daratan, dan udara.
Keunikan geografis yang melekat pada Indonesia, kata Hasyim, sejatinya merupakan modal sangat berharga untuk menapaki perjalanan bangsa ini dan bisa menjadi sumber keunggulan untuk menyejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, sepatutnya visi maritim menjadi acuan dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi.
"Kita harus punya visi maritim yang memperkuat NKRI dan mempersatukan kekuataan Indonesia. Kita harus lihat sejarah dulu bisa bangun Borobudur 1000 tahun, kenapa bangun Jembatan Selat Sunda takut? Kita perjuangkan persatuan NKRI, Jembatan Selat Sunda, Biaya memang tinggi triliuanan jadi jangan kehilangan visi untuk bangun Indonesia lewat kekayaan maritim," ujar Hasyim disambut tepuk tangan peserta seminar.
Hal senada diungkapkan Aryo Rama Chandra, Pemred Tabloid Negarawan. Kata Aryo, JSS bisa menjadi ikon kedaulatan maritim Indonesia. Pasalnya, Selat Sunda merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang manjadi jalur perlintasan pelayaran internasional terpadat. Setiap hari kerap melintas kapal pelayaran asing yang bebas melintas di Selat Sunda. "Kita tidak memiliki kekuatan apapun untuk mengawasi aktivitas pelayaran asing tersebut, karena Selat Sunda merupakan jalur perlintasan pelayaran internasional," kata Aryo seraya menambahkan keberadaan JSS akan memperkuat dan mempertegas kedaulatan maritim Indonesia di dunia internasional.
"Dengan adanya JSS maka sistem kedaulatan maritim Indonesia akan lebih terstruktur dan lebih fokus," kata Aryo.