Ngaku Korban Pers, Presiden SBY Dituding Menghina Pers
jpnn.com - JAKARTA – Direktur Eksekutif Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (Sigma) Said Salahudin, menilai pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut dirinya telah menjadi korban media, merupakan penghinaan terhadap pers yang selama berkontribusi besar dalam membangun tumbuhnya demokrasi yang lebih baik di Indonesia.
"Menurut saya, ini penghinaan terhadap pers. Sebagai masyarakat sipil, saya mengecam pernyataan SBY tersebut. Kalau tidak suka di kritik oleh pers, jangan jadi presiden. Kalau mau jadi presiden, ya harus siap dengan segala konsekuensinya," ujar Said saat saat ditemui di Gedung KPU, Menteng, Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Said mengaku benar-benar tidak habis pikir, mengapa Presiden SBY sampai mengungkapkan keluhan tersebut, justru di saat ia memberikan sambutan dalam acara Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu, (23/10)
“Saya kira tidak sepantasnya seorang kepala negara mengeluh dihadapan publik dan berharap belas kasihan masyarakat. Pertanyaanya, siapa yang sudah tidak adil terhadap bangsa ini sebenarnya. Pers atau SBY? Jadi jika SBY ingin mengeluh, mengeluhlah kepada anak istrinya. Jangan mengeluh kepada masyarakat, bahwa pers telah berlaku tidak adil atau menghujat dirinya," ujarnya.
Said menilai, Presiden SBY, sebaiknya lebih bersikap arif dan bijaksana, bila ingin mendapat simpati masyarakat. Bukan justru mencari iba di depan masyarakat.
"Foto (Presiden) dibakar, dicaci-maki, itu hal yang biasa saja. Ini kan alam demokrasi. Jangan selalu menyudutkan persnya. Ketika pers memberitakan hal yang buruk, maka dianggap menyudutkan, tapi ketika pers memberitakan yang baik tentang dirinya, maka pers dianggap menguntungkan. Sebagai seorang kepala negara, Presiden menurut saya harus bisa menerima baik buruknya sebuah pemberitaan," katanya. (gir/jpnn)