NonMuslim Ditolak di Bantul, Ning Ita Pastikan Tidak Akan Terjadi di Kota Mojokerto
jpnn.com, BANTUL - Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari heran sekaligus kaget mendengar berita tentang adanya warga nonmuslim yang ditolak tinggal di Pedukuhan Karet, Desa Pleret, Kabupaten Bantul.
Apalagi, penolakan tersebut dikuatkan dengan legalitas berupa keputusan kepala dusun yang kemudian menjadi dasar pengurus RT untuk melakukannya.
“Bagaimana mungkin sebuah dusun bisa mengeluarkan aturan yang justru bertentangan dengan semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara, yakni Bhinneka Tunggal Ika,” kata Ning Ita, panggilan akrab Ika Puspitasari, Selasa (2/4).
Aktivis Muslimat NU tersebut menuturkan kejadian menyedihkan tersebut menciptakan luka yang sangat mendalam.
Sebab, tindakan tersebut dengan jelas mencoreng ukhuwah wathaniyah yang merupakan perwujudan kerukunan antar umat beragama dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Apa yang terjadi di Bantul adalah pukulan terhadap ideologi kebangsaan kita. Sikap intoleransi seperti ini tak boleh meluas. Harus berhenti di Bantul. Tak boleh terjadi di Kota Mojokerto, tidak di Jawa Timur,” tegas Ning Ita.
Karena itu dia meminta masyarakat belajar dari anggota Banser Riyanto yang juga warga Kota Mojokerto.
18 tahun lalu, pemuda yang tinggal di Prajurit Kulon tersebut membawa lari dan mendekap bom untuk menyelamatkan warga Kota Mojokerto dari teror bom gereja pada 2000 silam.