Novanto Apresiasi Kebijakan Pangan Presiden Jokowi
jpnn.com, JAKARTA - Setiap tanggal 16 Oktober, kita memperingati Hari Pangan Sedunia. Peringatan ini disesuaikan dengan tanggal didirikannya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa, 16 Oktober 1945.
Ketua DPR RI Setya Novanto mengajak seluruh elemen masyarakat dunia meningkatkan kesadaran dan tindakan pentingnya penanganan masalah pangan seperti kelaparan, jaminan keamanan pangan serta ketersediaan makanan bergizi.
Menurutnya, adanya perubahan iklim dan perang yang terjadi di berbagai negara, telah meningkatkan kelaparan dunia. PBB mencatat 20 juta orang lebih menghadapi kelaparan karena perang dan kekeringan di Sudan Selatan, Nigeria, Somalia, dan Yaman.
Sebelumnya, UNICEF memperingatkan ada 1,4 juta anak-anak dunia berpotensi mati kelaparan tahun ini. Dunia harus melihat ini sebagai warning. Kita sudah sepakat untuk mencapai nol kelaparan pada 2030, sesuai salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang disepakati pada tahun 2015.
“Kita bersyukur, Indonesia mampu menghadapi perubahan ikim dengan baik, Terbukti kita mampu melewati ancaman El Nino pada 2015 dan La Nina pada 2016, sehingga tidak ada paceklik. Bahkan produksi pangan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan naiknya produksi sejumlah komoditas pada tahun 2015 hingga 2016. Antara lain, produksi Padi naik 11 persen, jagung naik 21,8 persen, daging sapi naik 5,31 persen, daging ayam naik 9,4 persen, telur ayam naik 13,6 persen, dan masih banyak lagi kenaikan di berbagai komoditas lainnya,” ujar Novanto
Menghadapi situasi pangan di dalam negeri, DPR RI juga telah mendukung penuh program Reforma Agraria dan Redistribusi Aset yang digulirkan Presiden Joko Widodo.
Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan pemerintah telah menyiapkan 12,7 juta hektare lahan melalui Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, serta 9 juta hektar lahan melalui Badan Pertanahan Nasional untuk dimanfaatkan masyarakat melalui Program Reforma Agraria dan Redistribusi Aset.
“Program ini akan mengurangi ketimpangan struktur agraria, konflik agraria, impor pangan, kelaparan, dan kemiskinan di Indonesia,” kata Novanto