NTT Siap Ekspor Bawang Merah Organik ke Timor Leste
jpnn.com, BELU - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memaksimalkan potensi pertanian di daerah perbatasan. Satu di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Program Upaya Khusus (UPSUS) Padi Jagung Kedelai (Pajale), Sapi Indukan Wajib Bunting (Siwab), dan Penguatan Lumbung Pangan Perbatasan Berorientasi Ekspor (PLBE).
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur, Ani Andayani, menerangkan Kementan kini sedang berupaya menggenjot produksi bawang merah di NTT guna kebutuhan ekspor ke Timor Leste, setelah sukses meningkatkan luas tambah tanam padi (LTT) dan luas tambah tanam jagung (LTJ) di periode Oktober 2016 sampai Maret 2017 yang masih lanjut untuk menuju swasembadanya.
Ada pun daerah di NTT yang menjadi lokasi penanaman bawang merah, yakni Kabupaten Malaka dan Belu. Di Malaka, telah dilakukan panen raya tepatnya di desa Fafoe. Kemudian, bawang merah jenis tuk tuk di Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Kamis kemarin (7/9) dilakukan panen perdana.
Hasil panen tersebut atas pendampingan teknologi dan inovasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT dengan rerata produksi hasil ubinan mencapai 13.28 ton/ha.
"Menurut Direktur STO Ditjen Hortikultura, bawang merah di Malaka yang dikunjunginya beberapa hari lalu, itu berkualitas sangat baik dan layak ekspor selain bernas, warna cerah merona serta dibudidayakan secara organik. Produksi bawang merah di Malaka dan Belu belum menggunakan pupuk anorganik," demikian ungkap Ani yang juga sebagai Penanggung Jawab Program UPSUS Wilayah NTT di Jakarta, Kamis (7/9).
Ani menyebutkan sekitar 200 ton bawang merah hasil panen raya para petani di Kabupaten Malaka, sejak pekan pertama Agustus, rencananya sebagian bakal diekspor ke Timor Leste. Hal ini sekaligus menegaskan, bahwa NTT yang selama ini dikenali identik dengan kering dan hanya ada jagung, sekarang ini dengan terobosan program UPSUS Kementan kemudian bisa ditanami komoditas lain secara baik termasuk bawang merah dan bahkan bunga krisan.
"Sudah mulai banyak sawah beririgasi terhampar dalam kawasan. Bahkan, ada yang satu kawasan bertaut sampai 4.000 hektare yaitu di Lembor, Kabupaten Manggarai Barat," sebut dia.
Ani menambahkan, capaian tersebut membuktikan, NTT juga bisa menghasilkan komoditas bernilai tambah melalui sentuhan program yang pro petani sekaligus menjadi etalase bagi negara tetangga.