Nyak Sandang, Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama RI
Dua tahun berselang, Daud Beureueh yang waktu itu menjabat gubernur Aceh datang ke Masjid Lamno di Aceh Jaya. Usia Nyak Sandang masih 23 tahun kala itu.
’’Pekerjaannya saat itu memetik cengkih dan pala di kebun. Ya untuk membayar pajak ke Belanda,’’ tutur Khaidar, anak Nyak Sandang, yang turut mendampingi sang ayah ke Jakarta.
Sehari-hari Nyak Sandang dan istri, Fatimah, tinggal di rumah di sebelah kediaman Khaidar. Dari cerita yang kerap dia dengar sejak kecil, Khaidar menuturkan, kehadiran sang gubernur di Lamno waktu itu disambut meriah.
Bersama warga lain, Nyak Sandang berkumpul mendengarkan pidatonya. Intinya, memberi tahu kedatangan Soekarno ke Aceh yang meminta warga menyisihkan uang demi membeli pesawat.
Sepulang Daud, ulama setempat yang berpengaruh, Abu Disabang, mengimbau warga untuk mengumpulkan dana. Keluarga Nyak Sandang akhirnya sepakat menjual sepetak kebun dan emas tadi.
Presiden Soekarno, mengutip hariansejarah.id, pun menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD 120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang. Dua pesawat pertama Indonesia itu diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002.
Nama Seulawah disematkan untuk mengenang pemberian masyarakat Aceh. Sekarang pesawat tersebut berada di Taman Mini Indonesia Indah.
Dua pesawat tersebut, mengutip Wikipedia, merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways (kini Garuda Indonesia).