Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Obesitas jadi Ancaman Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Kamis, 17 Oktober 2019 – 20:56 WIB
Obesitas jadi Ancaman Mewujudkan Indonesia Emas 2045 - JPNN.COM
Rumah Gizi Aisyiyah-YAICI. Foto: dokumen pribadi untuk jpnn

jpnn.com, BEKASI - Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi balita di Indonesia. Di mana proporsi status gizi buruk dan kurang gizi menurun, dari sebelumnya di angka 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7% (2018).

Namun, kondisi mengkhawatirkan terjadi pada proporsi obesitas balita. Terjadi tren peningkatan proporsi obesitas secara terus menerus sejak 2007. Jika data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan proporsi obesitas 10,5%, pada tahun 2013 angkanya naik menjadi 14,8%. Dan pada 2018, tren proporsi obesitas meningkat jadi 21,8%.

“Obesitas memicu penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan hipertensi. Jadi kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Jika obesitas meningkat maka prevalensi Penyakit Tidak Menular akan meningkat pula,” ujar dr. Dian Indahwati, Sp.OG, Ketua Majelis
Kesehatan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA)Jawa Barat, pada acara peluncuran Rumah Gizi Aisyiyah-YAICI di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (17/10).

Data Riskesdas 2018 memang menunjukkan kenaikan prevalensi penyakit tidak menular jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi kanker misalnya, naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen di 2018. Begitu pula prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan dari hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.

“Tingginya penyakit tidak menular berhubungan dengan pola makan masyarakat Indonesia yang banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam. Begitu pula dengan obesitas di kalangan anak, juga disebabkan asupan gula yang berlebihan. Kondisi ini bisa kita temui pada amak yang mengonsumsi susu kental manis atau SKM secara berlebihan,” kata Dian.

Ia menjelaskan, menurut ketentuan WHO, asupan harian menurut ketentuan WHO, asupan harian bebas gula yang dianjurkan untuk anak usia 1-3 tahun maksimal 28 gr perhari atau setara dengan 3 sendok makan gula, dan untuk anak usia 4-6 tahun maksimal 40gr per hari atau setara dengan 4 sendok makan gula.

“Jadi, kalau kita memberikan SKM berlebihan kepada anak, akan beresiko obesitas, dan memicu penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi,” tambahnya. SKM, kata Dian,hanya cocok sebagai topping atau campuran saja, seperti pada es campu, pudding,
martabak, atau yang lainnya.

Sementara itu, Arif Hidayat, Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), menegaskan, semua pihak tanpa kecuali bertanggung jawab mempersiapkan generasi emas yang sehat dan produktif, yakni Indonesia Emas 2045

Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi balita di Indonesia. Di mana proporsi status gizi buruk dan kurang gizi menurun, dari sebelumnya di angka 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7% (2018).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close