Objek Wisata Pangandaran Bisa jadi Contoh Penerapan New Normal di Jabar
Emil mengapresiasi restoran di salah satu hotel yang sudah membatasi kapasitas pengunjung menjadi 30 persen dengan jarak kursi 1,5 meter. Pengambilan makanan dilakukan oleh pelayan, guna menekan potensi sebaran COVID-19.
"Kalau mengambil makanan tidak boleh juga oleh tangan pengunjung, tapi harus sama pelayannya karena di Jepang membuktikan prasmanan itu dalam 15 menit bisa menularkan virus, tadi protokol seperti itu sudah dilaksanakan dengan baik dan kalau mejanya kekurangan makanannya bisa dibawa ke kamarnya," katanya.
"Tadi saya cek juga kamarnya. Di sebelah sini ada pengunjung, dan kamar sebelahnya tidak ada kamar, sebelahnya lagi ada. Saya kira ini salah satu cara yang paling aman," tambahnya.
Untuk area wisata pantai, Emil meminta pengelola memastikan pengunjung disiplin jaga jarak. Selain itu, ia meminta pedagang di pusat perbelanjaan memakai pelindung wajah atau face shield, guna menekan potensi sebaran COVID-19.
"Kalau tidak dikasih batas, mereka akan bertumpuk tanpa jarak, maka saya sarankan harus pakai kavling menggunakan pembatas tali yang menandakan di dalam kotak itu boleh duduk, ngampar, sehingga jarak antarkeluarga bisa diatur," ucapnya.
"Kemudian protokol perdagangan yang melayani harus pakai face shield karena virus menular lewat mulut, hidung dan mata," imbuhnya.
Meski Pangandaran mampu menerapkan AKB sektor pariwisata dengan baik, Emil meminta masyarakat untuk tidak bereuforia. Sebab, kata ia, potensi gelombang dua bisa terjadi apabila kewaspadaan dan pengawasan menurun.
"Mudah-mudahan dengan begini tidak ada gelombang kedua. Bagaimana mencegahnya? Pangandaran harus rajin testing. Kuncinya itu jangan euforia merasa tidak ada kasus, karena semakin banyak rasio testing selama AKB, maka semakin aman ekonomi kita," katanya.