Obral Gas, RI Rugi Rp 410 T
Kamis, 19 Januari 2012 – 13:01 WIB
Menurut Qayum, kebijakan gas domestik harus dievaluasi. Misalnya, ekspor gas ke Tiongkok dan Korea Power seharga USD 3,88 per million metric british thermal unit (mmbtu), sedangkan dua pabrik pupuk di Indonesia terpaksa ditutup karena tidak mendapat pasokan gas, padahal mereka mampu membeli gas seharga USD 7,0 per mmbtu. "Selain itu, terjadi kontrak LNG yang tidak umum dan memberatkan Indonesia," terangnya.
Akibat rendahnya pasokan gas domestik, pengembangan bahan baka gas (BBG) pun terbengkalai. Indikasinya, pemakaian gas bumi untuk transportasi di Indonesia terus turun, terlihat dari jumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG) pada 1984 yang mencapai 18 unit, kini justru tinggal 3 unit saja. "Dalam hal pemanfaatan BBG, Indonesia ini jaugh tertinggal dibanding negara-negara lain," ujarnya.
Berdasar data Asian Natural Gas Vehicle Communications, Indonesia berada di posisi 44 dunia, jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand yang ada di posisi 11 dan Malaysia di posisi 21. (owi)