Okupansi Hotel Diprediksi Capai 80 Persen
Okupansi hotel di Kota Tepian memang masih didominasi kegiatan pemerintah yang berasal dari meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).
Sementara itu, untuk keterisian dari segmen pasar para traveler atau wisatawan masih sedikit.
Dia menjelaskan, market leisure yang masih kurang ini diharapkan bisa berkembang dengan adanya bandara di Samarinda.
Pihak IHGMA juga terus bekerja sama dengan Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk fokus menjual tourism destination sehingga membuka market baru untuk leisure di Kota Tepian.
“Selain membuka market baru, para pengelola hotel juga harus mahir mencari inovasi saat okupansi sedang menurun,” tuturnya.
Saat ini, tambahnya, pada momen Ramadan okupansi di Samarinda cenderung menurun, tetapi bergeser ke bisnis food and beverages (F&B).
Revenue F&B hampir semua hotel lebih baik dari kamar. Di hotel besar sekitar 70 persen.
“Setelah Ramadan okupansi bisa merangkak naik lagi, apalagi selesainya Pemilu 2019 akan kembali menggeliatkan aktivitas bisnis di Kota Tepian. Dampak itu juga akan mendongkrak okupansi,” pungkasnya. (*/ctr/ndu/k15)