Optimalisasi Lahan Rawa Bisa Entaskan Kemiskinan
Misalnya, Kecamatan Tabunganen yang berkontribusi sebesar 13,76 persen, Anjir Pasar (8,99 persen), Rantau Badauh (8,71 persen), Anjir Muara (8,08 persen), Tamban (5,24 persen), dan Barambai (7,41 persen).
Sementara itu, Kecamatan Mekarsari memiliki kontribusi sebesar 7,23 persen, Cerbon (5,32 persen), Tabukan (5,24 persen), Belawang (4,70 persen), Marabahan (4,44 persen), Alalak (4,41 persen), Mandastana (4,38 persen), Bakumpai (4,08 persen), Wanaraya (2,91 persen), Jejangkit (2,46 persen), dan Kuripan (0,04 persen).
Dari semua kecamatan di Barito Kuala, Jejangkit merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah rawa mencapai 3 ribu hektare dan rata-rata produksi gabahnya hanya 3,3 ton per hektare.
"Rendahnya produktivitas ini karena saat musim hujan tergenang, saat musim kemarau lahan benar-benar kering. Kesuburan tanah dan lahan yang ekstrem seperti itu menjadikan petani hanya bisa bercocok tanam satu kali dalam setahun," jelas Zulkifli, Selasa (1/5).
Namun, permasalahan tersebut bisa berkurang dan menjadikan petani setempat terbebas dari kemiskinan.
Sebab, Kabupaten Barito Kuala dengan Kecamatan Jejangkit terpilih menjadi daerah percontohan nasional Optimalisasi Lahan Suboptimal.
Menurut Zulkifli, permasalahan pertanian di Jejangkit terletak pada tata kelola air.
"Program optimalisasi lahan suboptimal ini merupakan sistem pertanian melalui pengaturan tata kelola air dengan pembangunan saluran irigasi, pintu air, pompa air dan lain-lain," tutur Zulkifli.