Orang Gangguan Jiwa Terus Bertambah, Ini Langkah Pemerintah
jpnn.com, JAKARTA - Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia tiap tahun bertambah. Tahun 2013 saja jumlahnya mencapai 14 juta orang untuk usia di atas 15 tahun.
Jumlah ini tidak seimbang dengan fasilitas rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada. Menurut Ketua Dewan Pakar Bakeswa (Badan Kesehatan Jiwa) Indonesia Dr Novariyanti Yusuf SPKJ, sampai saat ini hanya ada 35 RSJ di Indonesia.
Sedangkan psikologis klinisnya hanya 451 orang (0,15 per 100 ribu penduduk), 773 psikiater (0,31 per 100 ribu orang), dan perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100 ribu orang).
"Fasilitas ini sangat kurang dalam mengatasi orang yang terganggu kesehatan jiwanya," ujar Novariyanti dalam diskusi publik kesehatan jiwa di Universitas Paramadina, Kamis (19/7).
Rektor Universitas Paramadina Prof Firmanzah yang tampil sebagai pembicara menyatakan, persoalan kesehatan jiwa di Indonesia perlu diperhatikan karena bersentuhan dengan masyarakat. Isu kesehatan jiwa tidak bisa diabaikan tenggelam oleh masalah infrastruktur, kemiskinan, nilai mata uang, dan perang dagang.
"Butuh kerja sama sinergi dengan berbagai pihak termasuk akademisi, organisasi masyarakat, dan media massa untuk peduli isu kesehatan jiwa," terangnya.
Pada kesempatan sama, Dr Abdullah Antaria, fungsional perencana Direktorat Kesehatan Jiwa (Pencegahan Pengendalian Masalah Kesehatan jiwa dan Napza) Kemenkes mengungkapkan, tahun depan pihaknya menargetkan menyiapkan 250 puskesmas paripurna. Saat ini dari 10 ribu puskesmas yang ada, baru sedikit bisa melayani pasien gangguan jiwa.
"250 puskesmas paripurna ini sudah lengkap fasilitasnya. Ditempatkan di wilayah yang banyak gangguan kesehatan jiwa yaitu Aceh dan Yogyakarta," tuturnya.