Orang-orang yang Revolusioner
Jumat, 22 Januari 2010 – 15:00 WIB
Ketakpuasan terdengar. Tapi seberapa banyakkah yang simultan tergerak otomatis ikut mengepung istana negara? Jika tidak dengan fisiknya, setidaknya dengan batinnya?
Jangan-jangan gerakan ini elitis belaka. Sah saja. Betapapun demonstrasi adalah ekspresi dari demokrasi. Mereka mungkin kecewa, seperti banyak orang, tetapi solusinya tak sama. Kalangan elitis walau tak semuanya mengendaki perubahan rezim, tetapi rakyat lebih menghendaki perubahan nasib. Sama tapi tak serupa.
Perubahan itu kehendak zaman. Dia harus matang. Tak dikarbit-karbit. Orang yang memuja revolusi memang herois. Tetapi jika tidak menggejala secara sosiologis, politis, psikologis, dan oleh faktor ekonomi yang morat-marit dan meletupkan kemarahan masal, ia hanya ilusi. Fatamorgana. Ia ada di otak kecil, yang lalu padam. Senyap.***