Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Orasi Ilmiah di Korsel, Bu Mega Dua Kali Terharu

Kamis, 16 November 2017 – 19:02 WIB
Orasi Ilmiah di Korsel, Bu Mega Dua Kali Terharu - JPNN.COM
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri (kiri) saat menerima gelar kehormatan doktor honoris causa dari Presiden Mokpo National University, Choi Il (tengah). Foto JPNN.com

jpnn.com, KOREA SELATAN - Di hadapan civitas akademika Mokpo National University, Korea Selatan, Presiden Kelima Republik Indonesia menyampaikan orasi ilmiah. Ketua Umum PDI Perjuangan itu memaparkan secara rinci tentang Demokrasi Pancasila yang menjadi pemikiran politik Presiden Soekarno.

“Saya ingin berbagi dengan anda semua tentang ilmu politik. ilmu politik yang terkait dengan demokrasi yang saya pelajari langsung dari ayah saya. Beliau adalah Bapak Bangsa Indonesia, Presiden Pertama Republik Indonesia, Dr. Ir Soekarno, atau biasa kami panggil Bung Karno,” kata Bu Mega mengawali orasi ilmiahnya di auditorium MNU, Munan, Provinsi Jeollanam-do, Korea Selatan, Kamis (16/11).

Menurut Bu Mega, pemikiran politik Bung Karno merupakan antitesa terhadap imperialisme dan kapitalisme, yang menjadi akar kemiskinan bangsa-bangsa terjajah, termasuk di Indonesia. Puncak pemikiran politiknya tertuang dalam konsep tentang dasar negara indonesia, yang disebut Pancasila.

Namun di sela-sela orasi ilmiah, Bu Mega tampak dua kali terharu. Yang pertama, saat menyinggung isu kemanusiaan dan kecintaannya terhadap bangsanya sendiri dari penjelasan prinsip sila kedua Pancasila.

Yang kedua, ketika berbicara mengenai konflik Korea yang hingga kini masih terus berlangsung.

Menrut Bu Mega, sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” merupakan prinsip yang meneguhkan kebangsaan atau nasionalisme. Nasionalisme merupakan gerakan pembebasan, suatu jawaban terhadap penindasan, inspirasi agung dari kemerdekaan. Prinsip ini merupakan komitmen Indonesia untuk mencapai keadilan dan kemakmuran, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk bangsa-bangsa lain.

“Kami Nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami,” kata Bu Mega dengan suara yang berat sambil terisak.

Sejenak kemudian dia melanjutkan perkatannya,” Dan kami cinta kepada semua bangsa,”.

Namun di sela-sela orasi ilmiah, Bu Mega tampak dua kali terharu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News