Pak Bupati Masuk Lokalisasi, Ternyata...
“Artinya mencari solusi yang bukan hanya sekedar menjaga image, tetapi betul-betul menyelesaikan masalah. Kalau hanya menjaga image, selesai. Gampang dan mudah. Tapi akar masalahnya yang harus kena, saya tidak mau hanya sekedar nama baik,” kata Husein usai melakukan dialog bersama para induk semang dan pengelola GS.
Ketua Paguyuban GS, Amir mendukung kebijakan Pemkab Banyumas untuk mengalihfungsikan GS menjadi lebih baik. Hanya saja, pemerintah harus memperhatikan ekonomi seluruh masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sekitar GS.
Menurutnya, selama ini tidak hanya PSK dan induk semang saja yang mencari nafkah di GS. Tapi juga ada pedagang asongan, tukang parkir, tukang ojek, pembantu, pemilik kos, keamanan dan lainnya.
“Banyak yang menggantungkan hidup di GS. Di sini terdapat sekitar 100 PSK, 38 induk semang, sekitar 50 tukang, penghubung tamu sekitar 50 orang lebih, pedagang 100 orang lebih, pembantu 40 orang, penjaga rumah 38 orang,” kata Amir memerinci.
Ia menambahkan, jika pemerintah mau memberantas prostitusi, maka kegiatan esek-esek di tempat lain seperti indekos dan tempat karaoke yang juga menyediakan PSK juga harus ditertibkan. Ia mencontohkan indekos di daerah Jurangmangu, Ketenger yang juga menyediakan layanan prostitusi.
Selain itu ada pula di kawasan Puri, tempat hiburan karaoke yang menyediakan layanan pemandu lagu yang juga punya sambilan sebagai PSK. Menurut Amir, keberadaan PSK di luar lokalisasi justru sulit dipantau.
“Kami di sini lebih tertib, karena ada data yang jelas, ada aturan tidak boleh mereka yang bekerja di bawah umur, ada tes kesehatan. Jika yang di sini ditertibkan, yang di luar juga harus ditertibkan, ” katanya.(why/jpg/ara/jpnn)