Pak Dokter Cerita, Nilai UN Anaknya Rata – rata 92,5, Gagal PPDB Jalur Zonasi
BACA JUGA: PPDB Jalur Zonasi, Boleh Diranking Berdasar Prestasi Calon Siswa
Karena minim informasi terkait zonasi, Sugiharto pun akhirnya salah memasang strategi. Rumahnya di Kenjeran memilih sekolah komplek, yakni SMAN 5 dan 2 Surabaya. Secara jarak tentu anaknya kalah. Namun, jika persaingannya melalui NUN, anaknya tentu lolos. “Sementara jalur zonasi dengan NUN hanya 20 persen saja dari total kuota. Sangat sedikit,” katanya.
Apalagi, tidak ada kesempatan lagi bagi peserta PPDB untuk merevisi pilihan SMAN. Setelah memilih dua SMAN komplek, Sugiharto pun tinggal pasrah menunggu hasil. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Mau revisi pilihan sekolah tidak bisa,” ujarnya.
Sugiharto menuturkan, sangat berharap agar pemerintah bisa mengevaluasi pelaksanaan PPDB zonasi yang diterapkan tahun ini. Khususnya, tentang sosialisasi yang harus diperbanyak. Apalagi, keputusan sistem zonasi terbilang sangat mendadak. Kemudian, PPDB zonasi dilaksanakan secara bertahap.
“Bertahap dulu, sambil menambah kuantitas dan kualitas sekolah negeri di setiap wilayah. Hal itu agar tidak terjadi korban siswa nilai UN tinggi tidak bisa diterima sekolah negeri,” katanya. (sal/ayu)