Pak Tito, Kok Perlakuan Polri pada Ahoker dan Aksi Bela Islam Berbeda?
jpnn.com, JAKARTA - Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat mempersoalkan sikap Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan jajaran yang terkesan tidak adil dalam menangani aksi unjuk rasa.
Anggota Komisi III DPR Aboe Bakar Al Habsy mempersoalkan sikap tidak adil Polri dalam menangani aksi demonstrasi. Sebab, ada perlakuan berbeda yang ditunjukkan Polri saat menangani unjuk rasa Aksi Bela Islam dengan demonstrasi pendukung Basuki T Purnama (Ahok).
Berbicara dalam rapat kerja Komisi III DPR dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Jakarta, Selasa (23/5), Aboe mengaku mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat soal perbedaan penanganan unjuk rasa itu. "Sampai ada yang bilang, Tito (beragama) Islam tidak sih? Ada pak pertanyaan seperti itu,” ujar Aboe di hadapan Tito dan jajarannya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menambahkan, masyarakat menilai polisi tegas kepada umat Islam saja. “Lembek ke yang lain," sambung Aboe.
Salah satu perbedaan perlakuan yang terlihat adalah ketika pendukung Ahok menggelar aksi unjuk rasa di depan Rutan Cipinang, pada 9 Mei lalu yang dibiarkan hingga larut malam. Sementara Aksi Bela Islam I pada 4 November 2016, polisi justru membubarkan paksa massa yang berangsur bubar.
"Misalnya saya ditanya kenapa aksi yang digelar di berbagai daerah sampai malam dibiarkan oleh polisi, misalnya di Cipinang dibiarkan sampai tengah malam. Sedangkan Aksi Bela Islam sudah disemprot gas air mata," kata dia.
Aboe juga menyinggung tentang aksi pengadangan terhadap Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah oleh masyarakat di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara. "Seakan-akan polisi kok diam? Tapi saya yakin tidak diam," ujarnya.
Dia juga mempertanyakan alasan Polri menangkap Sekretaris Jenderal Forum Ulama Indonesia Muhammad Al Khaththath.