Pakar Beberkan Kunci Menyongsong Indonesia Emas 2045, Harus Punya 2 Hal
“Menyongsong 2045, (kuncinya) kembangkan kreativitas dan volunterisme,” ujar Dr. Amin.
Selain Amin Subekti, narasumber lain dalam kegiatan tersebut adalah Guru besar Pasca Sarjana Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta Prof. Suwarsih Madya, M.A., Ph.D, Dosen Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Maumere Dr. Felix Baghi. SVD dan Dosen Universitas Nusa Nipa, NTT Dr. Jonas K.G.D. Gobang, S.Fil., M.A.
Prof Suwarsih memberikan apresiasi pada antusias para peserta seminar, tidak hanya dari kalangan dosen dan mahasiswa, melainkan juga dari kalangan pelajar SMA/SMK yang bertahan hingga akhir sesi diskusi.
Menurutnya, masyarakat NTT memiliki motivasi yang tinggi untuk maju, di tengah bayang-bayang keterbatasan sumber daya dan pengalaman.
"Cara untuk menghadapi itu adalah dengan pendidikan berbasis kearifan lokal, semangat nasional, wawasan global, untuk mengubah identitas menjadi glokal (global-lokal)," ungkapnya.
Prof. Suwarsih pun menyarankan agar pemerintah merancang konsep pendidikan ini sesuai dengan kondisi riil dengan mengumpulkan data langsung dari masyarakat, sehingga potensi sumber daya manusia bisa diarahkan ke berbagai ranah bidang yang diperlukan oleh provinsi berjuluk ‘Nusa Tetap Tentram’ itu.
Agar harapan itu tercapai, masyarakat diharapkan untuk memilih pemimpin memiliki visi keadilan sosial. Sebab, kepemimpinan sedemikian akan memiliki perhatian yang lebih serius dalam membangun kesetaraan dalam bidang pendidikan.
“Kita perlu memilih pemimpin yang memang mau menegakkan keadilan sosial secara riil, yang mau mendengarkan keluhan rakyat,” tegasnya.