Pakar Vaksin Nilai Dugaan COVID-19 Lahir di Lab China Masih Layak Ditelusuri
jpnn.com - Seorang ahli vaksin Universitas Flinders, Australia, Nikolai Petrovsky menyatakan dunia tidak lebih dekat untuk mengetahui asal-usul COVID-19, meskipun telah ada penyelidikan tim Organisasi Kesehatan Dunia ke China pada Januari lalu.
"Saat ini kita tidak lebih maju dari tahun lalu," kata Petrovsky, yang adalah salah satu dari 26 ahli global yang menandatangani surat terbuka yang diterbitkan pada Kamis (4/3), yang menyerukan penyelidikan baru tentang pandemi itu.
Surat terbuka itu mengatakan misi WHO tidak memiliki mandat, kemandirian, atau akses yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan penuh dan tidak terbatas ke semua teori tentang asal-usul COVID-19.
"Semua kemungkinan tetap ada dan saya belum melihat satu pun data ilmiah independen yang mengesampingkan salah satunya," kata Petrovsky.
Pada Januari, tim ilmuwan yang dipilih oleh WHO mengunjungi rumah sakit dan lembaga penelitian di Wuhan, kota di Cina tengah tempat virus korona diidentifikasi, untuk mencari petunjuk tentang asal-usul COVID-19.
Tetapi misi itu mendapat kecaman, dan kritikus menuduh WHO terlalu mengandalkan kerja lapangan dan data China yang dikompromikan secara politis.
Anggota tim juga mengatakan China enggan membagikan data penting yang dapat menunjukkan COVID-19 beredar berbulan-bulan lebih awal dari yang pertama kali dikenali.
Pada konferensi pers untuk menandai berakhirnya kunjungan WHO ke Wuhan, kepala misi Peter Ben Embarek tampaknya mengesampingkan kemungkinan virus bocor dari laboratorium di Wuhan.