Para Wanita Pemberani Kalahkan Donald Trump dan Xi Jinping
jpnn.com, NEW YORK - Dibutuhkan nyali besar untuk mengakui pernah dilecehkan dan berusaha melawan. Tapi, melalui gerakan sosial dengan tagar #MeToo yang diunggah kali pertama oleh Tarana Burke, para korban mulai berani buka mulut satu per satu.
Fakta yang terkuak mengakibatkan banyak pejabat harus menahan malu dan mundur dari jabatan atau bahkan malah dipecat. Tagar tersebut telah digunakan di berbagai penjuru dunia oleh para korban pelecehan seksual.
Kuatnya gerakan sosial itu menarik perhatian majalah Time. Media yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu akhirnya memutuskan untuk memberikan gelar Person of the Year kepada para perempuan pemberani yang mampu menguak kisah pahitnya itu.
Time menyebut mereka sebagai silent breakers alias para pemecah kebisuan.
’’Ini adalah gerakan perubahan di media sosial yang tercepat selama beberapa dekade belakangan,’’ ujar Kepala Editor Majalah Time Edward Felsenthal seperti dilansir kantor berita Reuters.
Time tentu saja tidak memasang semua foto perempuan yang pernah dilecehkan. Ada enam orang yang menjadi perwakilan. Dua di antaranya penyanyi Taylor Swift dan korban pelecehan Ashley Judd.
Swift memenangi kasus melawan mantan DJ yang dituding meremas bokongnya. Di pihak lain, Judd adalah perempuan pertama yang mengumbar kebobrokan Harvey Weinstein, produser film yang melecehkan banyak artis.
Foto lainnya adalah Isabel Pascual, perempuan 42 tahun pemetik stroberi asal Meksiko, Adam Iwu yang bekerja sebagai pelobi di Sacramento, serta mantan teknisi Uber Susan Fowler.