Parah, Malaysia Jadi Bahan Olok-Olok
jpnn.com - SKANDAL dugaan korupsi yang membelit Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, 61, dan 1Malaysia Development Berhad (1MDB) berdampak luar biasa. Terutama pada perekonomian negara tersebut. Tidak adanya penjelasan detail dari Najib terhadap kasus itu serta manuver tajam berupa perombakan kabinet besar-besaran dengan menyingkirkan para penegak hukum dan pejabat yang mengkritiknya membuat sentimen pasar kian negatif.
''Najib mungkin bisa terus berkuasa, tapi setiap hari situasi perekonomian menjadi kian goyah. Ringgit terpuruk dan pasar saham menjadi lesu karena Malaysia menjadi bahan tertawaan,'' ujar jurnalis senior Malaysian Business, A. Kadir Jasin.
Pria kelahiran Kedah 1947 lalu tersebut mengungkapkan, jika Najib benar-benar bisa meredam kasus 1MDB, situasi perekonomian menjadi tantangannya. Namun, Kadir percaya kasus 1MDB bakal sulit ditutup-tutupi.
Najib memang bisa membungkam para penegak hukum di Malaysia, namun informasi dan bukti-bukti terkait dengan transfer dana itu sudah jatuh ke berbagai otoritas di luar negeri.
Dia menjelaskan, meski Najib masih memegang tampuk kepemimpinan, saat ini posisinya tidak benar-benar aman.
''Najib sukses mempertahankan kekuasaan di eksekutif. Tapi, bagi orang-orang yang kenal dan dekat dengannya, Najib telah kehilangan otoritas moralnya di pemerintahan,'' ucap mantan jurnalis di Bernama dan The New Strait Times tersebut.
Hal senada diungkapkan para pakar politik. Mereka menilai 1MDB merupakan krisis politik terburuk yang melibatkan Najib. Akibatnya, nilai tukar mata uang ringgit terjun bebas ke posisi terendah sejak krisis finansial Asia minggu lalu. Pejabat senior di Pusat Pembelajaran Strategis dan Internasional Murray Hiebert mengungkapkan, karena mendapat dukungan dari koleganya di UMNO yang cukup kuat, posisi Najib saat ini belumlah benar-benar dalam bahaya meski memang tidak terlalu aman.
''Jika dalam penyelidikan tidak ditemukan hal yang menghubungkan kasus tersebut dengan Najib, dia bisa mengatasinya dengan mudah. Namun, kasus tersebut akan menyeret negara ini dalam masalah yang lebih besar seperti lambatnya perekonomian,'' tegasnya.