Partisipasi Pendidikan Naik Tapi Jutaan Anak Indonesia Masih Putus Sekolah
"Setelah ayah meninggal ibu harus bekerja sendirian untuk membesarkan saya dan enam saudara saya. Suatu ketika, saya terjatuh saat membantu ibu bekerja. Hal itu membuat saya sesak nafas dan susah berjalan. Akibatnya, saya tak lagi kuat jalan kaki ke sekolah. Saya ingin sembuh dan bisa kembali bersekolah."
Sementara dari Jawa Barat, seperti dituturkan STC dalam laporannya, Agung (14) berhenti sekolah karena alasan yang jauh berbeda.
"Saat naik ke kelas tiga, saya kerap dimaki oleh guru. Hal itu membuat saya enggan pergi ke sekolah. Sekarang saya hanya berkeliaran di jalan karena saya tidak betah di rumah. Saya sedih melihat teman-teman dapat bersekolah sedang saya tidak."
Terlepas dari data yang dirilis TNP2K, angka partisipasi pendidikan disebut terus meningkat tiap tahunnya. Data yang dimiliki Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemdikbud) mengungkap angka partisipasi kasar jenjang pendidikan menengah mencapai 88,6% pada tahun ajaran 2018/2019.
"Sementara untuk SD atau sederajat dan SMP atau sederajat sudah selalu di atas 100 persen. Di samping peningkatan tersebut, partisipasi sekolah penduduk miskin juga mengalami peningkatan," jelas Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kemdikbud, Suharti Sutar, kepada ABC tepat pada Hari Anak Indonesia 23 Juli 2019.
Adapun jumlah sekolah di berbagai provinsi juga mengalami peningkatan. Pada tahun ajaran 2018/2019, ada sebanyak 216.066 sekolah yang berdiri, naik 2 persen dari tahun ajaran 2016/2017 yang berada di angka 211.646.
Suharti mengatakan, kementeriannya terus mengupayakan pengurangan jumlah anak putus sekolah dengan berbagai intervensi. Ia mencatat, jumlah anak putus sekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD) tiga tahun lalu masih menunjukkan angka 39.000.