Pastikan Tak Ada yang Selamat
JINDO - Tim penyelam untuk kali pertama berhasil mengevakuasi jenazah korban dari dalam ruang penumpang kapal feri Sewol yang tenggelam lima hari lalu di perairan Korea. Selain itu, ikut terungkap transkrip percakapan yang menunjukkan bahwa kapten dan kru kapal terlambat mengevakuasi penumpang sehingga lebih dari 200 orang terjebak di dalam dan terlambat menyelamatkan diri.
Penjaga pantai menyatakan, 19 jenazah bisa dikeluarkan dari bagian kapal yang terendam di bawah permukaan laut. Tiga jenazah dikeluarkan dari ruangan feri yang terendam total di bawah permukaan laut Sabtu malam (19/4).
Sementara itu, 16 lainnya ditemukan kemarin. Dengan berat hati, tim SAR juga mengumumkan perubahan status operasi dari penyelamatan menjadi penemuan dan identifikasi.
Hingga kemarin sore, korban tewas yang sudah bisa dipastikan mencapai 58 orang. Sementara itu, sebanyak 244 lainnya belum ditemukan. Pengangkatan jenazah dari dalam kapal tersebut menjadi momen menyesakkan bagi keluarga korban. Sampai Sabtu siang, mereka masih menggantungkan harapan pada pendapat bahwa kantong udara di dalam kapal kemungkinan bisa membuat sebagian penumpang bertahan hidup.
Jenazah korban ditempatkan di tenda-tenda yang telah disiapkan di pelabuhan Pulau Jindo. Tempatnya tidak jauh dari pusat berkumpulnya keluarga korban yang menunggu kabar teranyar mengenai nasib para penumpang Sewol. Mereka menginap di sana sejak Rabu.
Dalam beberapa hari mendatang, mereka menunggu panggilan petugas untuk memeriksa berbagai identitas dan ciri-ciri lain yang ditemukan di tubuh korban. Kemarin keluarga korban terlibat ketegangan dengan polisi saat memaksa menyeberang jembatan menuju ke Korsel daratan untuk berdemo di Seoul guna memprotes lambatnya pencarian. Seoul berjarak 420 kilometer utara Jindo.
Di tengah pencarian dan identifikasi, aparat telah menangkap kapten kapal Lee Joon-seok. Selain dia, turut ditangkap seorang juru mudi 55 tahun dan satu kru yang relatif muda serta kurang berpengalaman. Kru perempuan yang diidentifikasi nama keluarganya saja, Park, itu memegang tanggung jawab di atas anjungan saat tragedi terjadi.
Park, 26, diketahui baru enam bulan bekerja di kapal jurusan Jeju"Incheon tersebut. Penelusuran data menunjukkan, kapal mengambil haluan ke kanan secara radikal saat menghindari sejumlah pulau kecil di pantai selatan. Belokan tajam itu membuat muatan (180 mobil dan 152 kontainer) goyah hingga kapal tidak stabil.
Kapal yang kelebihan beban tersebut di satu sisinya miring, kemudian terbalik. "Ini baru kali pertama dia menavigasi kapal pada jurusan ini," jelas seorang penyidik senior kepada wartawan Sabtu.
Sebuah transkrip pembicaraan antara kru Sewol dan Lembaga Lalu Lintas Kendaraan Jindo juga menjelaskan bahwa ada laporan sejak kapal mulai miring. Namun, kapal sudah terlalu condong dan tenggelam dengan cepat sehingga mustahil untuk mengevakuasi penumpang.
"Kapal sudah terlalu miring, jadi tidak mungkin," ucap kru tersebut ketika menjawab pertanyaan petugas lalu lintas tentang kondisi penumpang.
Sang kapten telah membela diri terkait dengan alasannya menunda evakuasi. "Di sana merupakan wilayah dengan arus laut besar. Temperatur airnya sangat dingin," kata kapten yang dikabarkan menunda evakuasi sampai satu setengah jam tersebut. Sang kapten dijerat pasal kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. (AFP/BBC/AP/cak/c15/dos)