Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pawang Hujan Penjinak Banjir

Senin, 04 Februari 2013 – 11:40 WIB
Pawang Hujan Penjinak Banjir - JPNN.COM
 
Solusi jangka pendek yang ciamik. Gubernur Jokowi sudah mirip “pawang hujan” saja. Kemarin sore, saya mendarat di Soekarno Hatta, masih melihat awan-awan putih yang menyilaukan di atas laut Jakarta. Awan yang berada di 6.500 feet itu selain membuat badan pesawat bergoyang, juga cukup menyulitkan jarak pandang pilot untuk landing.

 
Masih membutuhkan solusi jangka menengah dan panjang yang signifikan, terencana, cepat diimplementasi dan tidak bersifat sementara. Tidak tambal sulam. Bukan semacam “pawang hujan”  dan “pawang banjir” saja. Tetapi solusi yang alami, yang memainkan instrument alam untuk mencegah bencana banjir itu. Kabar baik berhembus dari Menhut Zulkifli Hasan. Dia menyebut menyelesaikan banjir Jakarta itu harus ada pengendalian di kawasan hulu, seperti Puncak, Cisarua, Kab Bogor, Karawang, Depok, Tangerang.

 
Karena banjir Jakarta itu akan parah, ketika sudah diserang dari tiga penjuru. Dari laut air pasang, dari udara air hujan, dan dari darat kawasan atas. Rekayasa cuaca adalah “rudal penjinak” serangan dari udara. Pengendalian dan pengaturan kawasan hulu, itu adalah “infanteri” yang menangkal ancaman banjir dari darat.

Apa yang sudah dilakukan Kementerian Kehutanan? Pertama, mensosialisasikan konsep adopsi pohon. Mengajak masyarakat di dataran tinggi untuk mengubah pola menanam sayur dan tanaman semusim ke menghutankan kawasan dengan pohon tanaman keras. Problemnya, tanaman keras itu berjangka waktu panen pada durasi 5-10 tahun, sementara harus ada yang menopang ekonomi mereka selama menunggu pohon siap ditebang. Maka, mereka dikombinasi dengan memelihara domba atau kambing selama 1,5 tahun, sebagai solusi jangka menengah. Dan, masih boleh menanam sayur dan pohon semusim di masa transisi.

 “Ini sudah kami sosialisasikan kepada warga, dan mereka antusias,” kata Zulkifli Hasan.

 
Kedua, konsep sumur resapan yang juga sudah dimulai di Cisarua, Bogor, dan kawasan di atas. Panjang 1 meter, lebar 1 meter, dalamnya 2,7 meter. “Kami sudah membuat 5.000 lubang di sana,” sebut menhut ini. Pemerintah daerah juga harus mendorong peraturan agar lebih banyak sumur resapan seperti itu.

Sepekan ini curah hujan Jakarta berhasil dikendalikan. Gubernur Jokowi melakukan rekayasa cuaca dengan memecah awan cummulus di atas Selat Sunda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News