PB WI Punya Pekerjaan Rumah untuk Sejajarkan Prestasi Sanda dengan Taolu
"Untuk sanda, karena pandemi kami tidak bisa mengikuti pola yang kami lakukan seperti taolu, karena mereka harus fight. Mudah-mudahan setelah pandemi hilang, kami bisa lakukan itu. Itulah peran dari dewan kehormatan yang mensupport selama ini," jelas Ngatino.
Event selama pandemi memang tak boleh berhenti dan harus ada terobosan sesuai arahan dari Ketua Umum PB WI Airlangga Hartarto. Oleh karenanya, berbagai cara harus terus dilakukan, termasuk menggelar kejuaraan secara virtual.
"Kami lakukan secara virtual. Dari 2.000 atlet tersaring menjadi 33 atlet di kejurnas dan 17 atlet kita sertakan di sini. Ini menjadi modal kami ke depan," ujar Ngatino.
Ngatino juga berbicara mengenai pembinaan antara atlet senior dan junior. Untuk atlet senior, terus dilakukan mengingat olahraga wushu sudah ditetapkan sebagai salah satu cabang olahraga DBON. Karenanya, pembinaan harus terus berkesinambungan agar ketika ada event, wushu Indonesia mampu mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Sementara pelatnas junior, lanjut Ngatino, sudah dilakukan secara desentralisasi dan tersentralisasi untuk menghadapi kejuaraan dunia.
"Yang junior akan ada jatah 4 atlet yang kami titipkan ke senior. Ini dalam arti untuk regenerasi jangan sampai jauh. Ini telah menjadi tugas kami sebagai pengurus dan syukur-syukur kami dibantu, disupport oleh dewan kehormatan yang selama ini luar biasa. Jadi kami tidak semata-mata bantuan dari pemerintah, ada juga bantuan dari dewan kehormatan di sisi pembinaan, termasuk event. Karena kalau hanya latihan tanpa event, buat apa?" kata Ngatino.(dkk/jpnn)