Pelayanan Sepenuh Hati Mendukung Penyandang Disabilitas Intelektual Berprestasi
Motif batik ciprat yang dipercikkan ke atas kain telah menarik minat berbagai kalangan, tidak hanya nusantara tetapi juga mancanegara.
Dua pembatik sekaligus eks Penerima Manfaat (PM) Penyandang Disabilitas Intelektual di BBRSPDI “Kartini” Temanggung adalah Aditya Dwi Saputra (26) dan Sulistiani (25).
Mereka sudah menekuni kerajinan batik selama empat tahun hingga lima tahun terakhir berkat kelas keterampilan yang disediakan BBRSPDI.
“Saya tertarik membuat batik karena suka bermain dengan malam. Selain itu saya bisa berkreasi menciptakan berbagai macam cipratan batik,” kata Aditya.
Sulistiani menyatakan ketertarikannya pada batik ciprat adalah modal keahlian yang akan menjadi bekalnya di hari tua nanti.
“Selain membatik, saya juga bisa menjahit dan menyulam taplak meja,” kata perempuan yang akrab disapa Sulis ini.
Sulis mengaku selalu gembira selama bekerja menjadi pembatik. Banyak manfaat yang diperoleh. Dari ilmu, teman, hingga bisa mengumpulkan uang untuk modal usaha.
“Saya senang karena mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat, memiliki banyak teman, dan bisa mengumpulkan uang untuk modal usaha beternak ayam petelur,” kata Sulis.
Aditya juga merasa bangga karena mampu membagikan ilmu yang ia pelajari sebagai pembatik.
“Saya sering diajak ke Sheltered Workshop Peduli (SWP) untuk mengisi materi sebagai pengajar batik. Selain itu saya juga senang karena mendapatkan uang untuk modal usaha kerajinan batik di kampung halaman,” ujar pria asal Gunung Kidul itu.
Tidak hanya kerajinan batik, BBRSPDI Kartini, Temanggung, juga menyediakan berbagai pelatihan keterampilan lainnya dalam terapi penghidupan.
Antara lain tata boga, kerajinan tangan, menjahit, peternakan, dan layanan kebersihan (cleaning service).
PM Penyandang Disabilitas Intelektual diharapkan dapat berdaya guna melalui keterampilan yang dipelajari selama berada di BBRSPDI.
“Sebelum mengikuti pelatihan keterampilan, balai akan menggali dan mengembangkan potensi keterampilan PM melalui asesmen terintegrasi segera setelah penerimaan PM,” kata salah satu Sosial yang bertugas di BBRSPDI Kartini Temanggung, Zaetuni.
Setelah ditempatkan di kelas keterampilan, PM tidak lantas dilepas begitu saja.
Namun, PM diobservasi oleh petugas balai secara berkala.
“Reasesmen komprehensif akan dilakukan apabila perkembangan PM di kelas yang ia tempati terhambat," kata Zaetuni.
"PM tersebut kemudian akan dipindah ke kelas keterampilan yang lebih sesuai dengan minat dan bakatnya,” lanjut Zaetuni.
Kemajuan PM dalam mengikuti kelas keterampilan bergantung pada kemampuan masing-masing.
Zaetuni menegaskan bahwa kebiasaan sehari-hari yang telah ditanamkan oleh orang tua berdampak besar pada perkembangan PM di balai.
Apabila peran dan dukungan orang tua di rumah sudah baik, maka PM akan mudah menyesuaikan diri.