Pembangunan Pabrik Semen Seharusnya Tidak di Jawa
jpnn.com - SURABAYA – Kepala Departemen Penjualan Semen Gresik Bambang Djoko mengatakan, pangsa pasar Semen Gresik di Jatim dengan memperhitungkan semen curah tercatat 70 persen.
Namun, untuk di wilayah tertentu, pangsa pasar di bawah rata-rata Jatim. Misalnya, di Jatim I yang mencakup Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto mencatat pangsa pasar 68 persen.
’’Tapi, ada di daerah tertentu pangsa pasar kami dominan hingga 88–90 persen seperti di Madura. Pada tahun ini persentase pangsa pasar relatif tetap meski banyak kompetitor bermunculan,’’ ujarnya di sela temu mitra bisnis Selasa malam (30/8).
Sepanjang Januari–Juli penjualan Semen Gresik mencapai 534.415 ton. Realisasi penjualan itu mencatat kenaikan 6,5 persen dibandingkan periode yang sama 2015. Kenaikan tersebut didominasi sektor retail dan perumahan.
’’Untuk sektor infrastruktur ada indikasi baik. Sebab, ada pembangunan jalan tol Pasuruan–Probolinggo, Probolinggo–Banyuwangi, Pandaan–Malang, serta pembangunan Legundi (Krian)–Bunder (Gresik). Harapan kami ada proyek infrastruktur yang jalan tahun ini seperti Pasuruan–Probolinggo,’’ jelasnya.
Upaya mempertahankan market juga dilakukan dengan memperkuat jaringan penjualan. Juga, melibatkan komunitas tukang yang jumlahnya secara nasional 12 ribu tukang. Mereka tersebar di Jawa dan Bali. Di Jatim ada 5.000 tukang.
’’Berdasar penelitian, penentu keputusan adalah pemilik rumah diri sendiri. Tapi, penentu ketiga atau influencer adalah tukang. Makanya, kami menggandeng para tukang,’’ jelasnya.
Terkait moratorium semen, lanjut dia, sudah semestinya tidak ada pembangunan pabrik di Jawa. Dengan demikian, pembangunan diarahkan ke luar Jawa. Sebagai informasi, produksi semen sudah melebihi kebutuhan. Tercatat kapasitas 87–90 juta ton, sedangkan konsumsi semen hanya 65–66 juta ton,’’ jelasnya. (res/c15/sof/jos/jpnn)