Pembayaran Bunga Utang Membengkak
Senin, 21 Juli 2008 – 11:14 WIB
Pembayaran bunga utang selama semester I tahun ini sudah mencapai Rp 45,24 triliun. Pada sisa paruh kedua tahun ini, pembayaran bunga utang akan menembus Rp 51,71 triliun. Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan peningkatan inflasi akan meningkatkan suku bunga dan imbal hasil obligasi negara. Peningkatan bunga utang langsung tercermin pada kupon dan diskonto yang dibayarkan.
Rahmat mengatakan, bunga utang yang dianggarkan semula, menggunakan asumsi awal. Karena asumsinya berubah, pembayaran bunga utang diprediksi juga bertambah. Mulanya, inflasi dan suku bunga SBI 3 bulan ditarhetkan 6,5 dan 7,5 persen. Hingga akhir tahun, diperkirakan melonjak menjadi 11,4 dan 9,1 persen.
”APBN-P kan kita hitung di awal tahun ini, bahkan untuk APBN nya tahun lalu. Jadi dalam situasi seperti ini, segala sesuatunya cepat berubah, terutama yang menyangkut tidak hanya yield, tapi juga demamd dari surat utang,” beber Rahmat.
Mengenai krisis subprime mortgage yang mulai berdampak di bank-bank komersial di AS, Rahmat berpendapat dampaknya belum akan terasa di sini. Ini terwujud dari masih tingginya minat asing terhadap obligasi negara, dengan imbal hasil yang menurut Rahmat tidak terlalu tinggi.
Masih positifnya situasi pasar obligasi negara ini, lanjut dia, ditopang oleh investor asing yang masih melihat spread (selisih yield SUN dengan US Treasury) masih lebih menarik.
Keadaan ini juga juga ditunjang upaya pengamanan fiskal oleh pemerintah. ”Itu hal yang dinilai positif oleh pasar. Tahun depan kan diperkirakan defisitnya lebih kecil, sehingga pasar lebih terkendali dan memberikan sentimen positif,” ujarnya. (sof)