Pemerintah Australia Pulangkan Warganya dari Bali Karena COVID
Mathew telah berada di Indonesia sejak November tahun lalu.
Saat putrinya yang masih kecil di Australia tiba-tiba membutuhkan operasi, ia berhasil memesan tempat di salah satu kapal yang siap berlayar ke Darwin melalui Nusa Tenggara. [Map - Indonesia Australia]
"Kami mencari setiap opsi yang tersedia, baik penerbangan transit melalui Qatar atau rute lainnya. Kami kemudian menemukan ide untuk naik kapal ke Darwin," katanya.
Tetapi opsi itu sekarang tidak lagi menjadi pilihan baginya, setelah otoritas Northern Territory (Australia Utara) menetapkan bahwa lima awak kapal Indonesia yang mereka akan tumpangi harus menghabiskan dua minggu di karantina, dengan biaya yang harus ditanggung oleh penumpang.
Informasi lain menyebutkan bahwa kapal pinisi, yaitu kapal kayu tradisional khas Makassar, juga tidak akan lagi membawa pulang warga Australia karena biaya karantina dan gaji kru yang mahal.
Mathew merasa beruntung karena ditawari kursi pada penerbangan repatriasi dengan maskapai Qantas hari ini dari Bali.
Namun, warga lain yang telah memesan tempat di kapal kini menjadi terlantar.
Melepas kepergian orangtua dari jarak jauh
Scott Hindmarch, yang tinggal di Lombok bersama istri dan keluarganya yang asal Indonesia, sangat ingin kembali ke Australia dengan pesawat atau kapal untuk bertemu dengan ayahnya yang sekarat untuk terakhir kalinya.