Pemerintah Didorong Ganti Seluruh Pesawat Militer Bekas
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Pusat Studi Keamanan dan Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi mengaku, sejak beberapa waktu lalu telah sangat khawatir pesawat Hercules bakal mengalami gangguan penerbangan.
Pasalnya, pesawat angkut militer milik TNI Angkatan Udara tersebut, rata-rata telah berusia tua. Bahkan pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Selasa (30/6), telah berusia sekitar 50 tahun.
“Bahasa paling gampang, ini sudah diduga, karena secara kalkulatif pesawat yang telah berusia 50 tahun tidak mungkin lagi memiliki performa yang sama saat pesawat yang masih baru,” ujar Muradi kepada JPNN.com.
Muradi mengungkapkan pandangannya, karena secara umum, performa pesawat cukup baik hingga usia 20-30 tahun. Setelah itu akan jauh menurun dan bahkan dari segi kelayakan terbang, sudah tidak dianggap layak terbang. Apalagi jika pesawat tidak dirawat dengan baik.
“Saya sanksi, jangan-jangan onderdilnya masih diproduksi, mungkin dalam perawatannya menggunakan pola kanibalisme,” katanya.
Karena itu dari awal Muradi mengaku telah berkali-kali mengingatkan pemerintah untuk berhenti menerima hibah dan membeli pesawat bekas. Apalagi untuk keperluan militer. Sebab langkah tersebut hanya memindahkan pesawat bekas dari negara lain ke Indonesia.
“Misalnya F-16, itu kan umurnya sudah di atas 25 tahun. Itu kemarin kalau tidak salah jumlahnya yang dihibahkan ke Indonesia itu 26 unit. Fix session atau masa kemasannya sudah turun. Kalau kemarin ada pesawat TNI terbakar, itu tidak heran. Saya setuju komitmen Kasau (Kepala Staf TNI AU,red), tidak mau lagi hibah dan beli bekas. Kalau baru mungkin kesalahan hanya human error, daripada tehnical,” ujarnya.
Agar peristiwa yang sama tidak kembali terulang, Muradi berharap pemerintah dapat segera mengganti seluruh pesawat militer bekas yang ada. Karena selain performa yang tidak bagus, perlu diketahui kekuatan TNI AU berada di alutsista.