Pemerintah Diminta Waspadai Efek Domino Kenaikan Harga Minyak Dunia
Chairman Komunitas Migas Indonesia Herry Putranto mengungkapkan jika Indonesia tidak memiliki Energy Buffer Reserves. Namun hanya memiliki cadangan operasional pertamina yang hanya bertahan 15-20 hari saja.
“Situasi ini membuat posisi Indonesia cukup riskan. Sebab jika benar-benar terjadi gejolak minyak dunia, maka sumber energi di Indonesia akan sangat terbatas,” katanya.
Sementara M Kholid Syeirazi mendorong agar adanya revisi UU Minyak dan Gas di Indonesia. Revisi ini akan sangat berdampak pada upaya terciptanya kondusifitas iklim investasi di hulu migas.
Menurut dia, pemenuhan sumber energi di Indonesia mempunyai masalah baik di hulu dan di hilir. Di sisi hulu ada dua putusan MK terkait UU Migas yang tidak kondusif bagi iklim investasi karena memunculkan kerumitan perizinan.
“Sedangkan di sektor hilir Indonesia tidak mempunyai kilang minyak yang memadai. Terakhir kita bangun kilang minyak di tahun 1995 yakni Kilang Minyak Balongan. Selain itu persoalan minyak sangat sensitive terhadap situasi politik. Kesulitan di hulu dan hilir ini butuh diuraikan sehingga mimpi Indonesia membangun ketahanan dan kemandirian energi bisa terealisasikan,” pungkas Kholid.(fri/jpnn)